
Petani Kecil, Pahlawan Tak Terlihat dalam Ketahanan Pangan. Sumber : freepik.com
Likes
Halo, sobat tani dan semua yang peduli dengan Indonesia!
Pernahkah kamu membayangkan siapa yang paling berjasa atas sepiring nasi, sayur, dan sambal yang kita nikmati setiap hari? Ya, para petani kecil.
Mereka adalah tulang punggung negeri ini, tapi sayangnya masih sering ‘terpinggirkan’ dalam wacana besar soal ketahanan pangan.
Menurut laporan JSSEW (2024), Indonesia termasuk negara penghasil beras terbesar ketiga di dunia, lho. Tapi ironisnya, kita masih harus mengimpor ratusan ribu ton beras setiap tahun karena produktivitas petani kita belum optimal.
Salah satu penyebabnya? Petani kecil belum cukup berdaya baik dari sisi teknologi, pendanaan, maupun akses pasar.
Nah, di sinilah peran penting kolaborasi lintas sektor muncul. Salah satunya adalah dukungan dari perusahaan seperti Pupuk Kaltim yang selama ini tidak hanya memproduksi pupuk berkualitas, tapi juga aktif mendampingi petani kecil agar lebih produktif dan sejahtera.
Ketahanan Pangan Itu Nyata, Bukan Cuma Wacana
Ketahanan pangan bukan cuma soal “ada beras di meja”, tapi juga tentang siapa yang menanam, bagaimana prosesnya, dan apakah mereka bisa hidup layak dari profesinya.Masih banyak petani kita yang pendapatannya jauh dari kata layak sekitar Rp1,2 juta per bulan di 2022.
Bandingkan dengan petani di Amerika Serikat yang bisa mengantongi lebih dari Rp1 miliar per tahun. Jomplang banget, kan?
Yang lebih menyedihkan, pekerjaan sebagai petani kini kurang diminati oleh generasi muda. Padahal, kalau diberi akses teknologi, pelatihan, dan jaminan pasar, profesi petani bisa jadi profesi keren dan masa depan banget!
Agroforestry dan Inovasi: Jalan Tengah yang Bijak
Salah satu solusi yang diangkat dalam penelitian JSSEW adalah konsep agroforestry, yaitu memadukan pertanian dan kehutanan dalam satu ekosistem yang berkelanjutan. Ini sudah dibuktikan berhasil di Jawa dan Sumatra untuk memperkuat ketahanan pangan lokal sekaligus menjaga lingkungan.Baca Juga: Peran Industri Pupuk dalam Perekonomian Indonesia: Membangun Ekonomi Hijau Melalui Inovasi di Industri Pupuk
Nah, Pupuk Kaltim sendiri sudah menunjukkan komitmennya di sini. Mereka aktif mendorong penerapan smart farming, pertanian ramah lingkungan, hingga edukasi petani milenial lewat program seperti Agroschool dan Petani Go Digital.
Bahkan mereka turut mengembangkan riset tentang penggunaan pupuk berimbang, yang ternyata bisa mengurangi food loss pasca panen hingga 28% di beberapa daerah.
Pendanaan: Petani Butuh Lebih dari Sekadar Cangkul
Salah satu kendala utama petani kecil adalah minimnya akses ke pendanaan yang tepat guna. Banyak program bantuan gagal karena dananya malah dipakai buat keperluan lain, seperti bayar sekolah anak atau kebutuhan hidup harian.Jadi selain uang, yang dibutuhkan adalah pendampingan dan literasi finansial.
Di sinilah BUMDes dan lembaga lokal harus berperan aktif. Tapi peran korporasi seperti Pupuk Kaltim juga nggak kalah penting, misalnya lewat kemitraan inklusif yang menghubungkan petani dengan akses pasar dan jaminan harga.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.