Ketika kita mendengar kata "petani", kebanyakan diantara kita masih terbayang jika seorang petani identik bekerja keras di sawah, berkeringat di bawah terik matahari, dan mencangkul tanah yang berlumpur. Image ini memang tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya tepat dalam membanding atas petani masa kini. Di era digital seperti saat ini, bertani tidak melulu identik dengan kerja kasar dan harus berkubang dangan lumpur. Dimana generasi muda, atau yang familiar disebut sebagai generasi milenial, justru hadir membawa wajah baru dalam dunia pertanian. Mereka banyak memberi bukti bahwa menjadi petani tidak selalu berarti harus mencangkul di sawah dan berkubangan dengan lumpur.
Di tengah persaingan dan perkembangan teknologi di era digital seperti saat ini, seiring berjalannya peradaban manusia dan kecanggihan teknologi, bidang pertanian juga mengalami transformasi yang cukup signifikan. Kini, pertanian tidak hanya tentang cara tradisional yang dilakukan secara turun temurun. Lebih dari itu, pertanian memiliki cakupan yang lebih universal termasuk menyangkut manajemen usaha, pengolahan data, pemasaran digital, hingga pengembangan inovasi berbasis teknologi. Petani milenial banyak dari mereka dan membuktikan dan mulai masuk ke bidamg pertanian bukan karena terpaksa, akan tetapi karena melihat potensi dan peluang besar yang sering diabaikan.
Baca Juga: 7 Hal yang Perlu Dilakukan kalau Mau jadi Petani Muda Sukses
Salah satu contoh yang banyak digunakan oleh petani muda saat ini seperti penggunaan berbasis teknologi Internet of Things (IoT) dalam bidang pertanian. Dengan memanfaatkan perangkat sensor, petani muda bisa memantau dan mengukur tingkat kelembaban tanah, suhu udara, serta kebutuhan irigasi secara real-time melalui gawai. Misalnya sistem drone pertanian kini digunakan untuk menyemprotkan pupuk atau pestisida secara efektif, tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk mengelilingi lahan yang luas. Teknologi ini tidak hanya menghemat tenaga, tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan hasil panen.
Tidak sampai di situ, revolusi digital juga membuka banyak peluang besar dalam memasarkan hasil pertanian. Jika pada zaman dahulu, petani harus bergantung pada tengkulak atau pasar tradisional, tetapi saat ini mereka bisa menjual hasil panen mereka secara langsung kepada target konsumen melalui platform e-commerce. Berbagai jenis produk seperti sayuran organik, buah segar, atau hasil olahan petani lokal dapat langsung dijual melalui platform seperti TaniHub, Sayurbox, Shoppe, Tokopedia hingga pemanfaatan sosial media sosial seperti facebook Ads. Dengan memanfaatkan strategi pemasaran yang tepat, petani milenial bahkan mampu menembus penujualan mereka hingga skala ekspor ke manca negara.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.