Negara Ini Menuju 'Gila' Swasembada Pangan

Tanaman Jagung mulai siap panen (Dokumentasi Pribadi)

Tanaman Jagung mulai siap panen (Dokumentasi Pribadi)

Like

Pada hakikatnya, semua bangsa dan negara di dunia ini selalu egois dalam melindungi dan mengayomi rakyat. Semua ingin unggul pada bidang tertentu dan menjadi spesialis disana. Mereka siap menjadi ‘gila’ untuk mewujudkannya.

Negara yang sadar ini lebih cepat, mereka akan kerja keras mewujudkan. Bahkan, semua bidang ingin dikuasai agar menjadi adi kuasa. Hal ini menjadi nilai jual bangsa tersebut di luar. Agar siapapun yang mendengar bangsa tersebut diucapkan, langsung tertuju pada kehebatannya.

Amerika Serikat (USA) saat awal merdeka dari Inggris berusaha mandiri secara konstitusi dengan teknologi. Mereka gila dalam kerja keras mewujudkannya. Rakyatnya berlomba-lomba menjadi pioner penemuan teknologi dan pemerintah mendukung upaya itu dengan beragam kebijakan politik. Kini mereka menjadi adi kuasa dunia dengan beragam kegilaan-kegilaan baru yang selalu menjadi perhatian seluruh dunia.

Lihatlah lebih dekat negara tetangga di Asia, Jepang. Mereka gila akan kerja dan teknologi. Hampir semua teknologi mereka kuasai. Dari elektronik, otomotif sampai teknologi rekayasa kecerdasan buatan. Tetangganya lagi, Tiongkok. Mereka sangat gila juga akan branding kerja. Mereka berinovasi di semua bidang. Baik teknologi, ekonomi, pendidikan dan militer. Kini, mereka sudah siap menjadi salah satu adi kuasa baru dunia.

Lebih dekat lagi, tetangga berbatasan langsung, Singapura. Mereka sadar akan keterbatasan wilayah dan Sumber Daya. Maka pemerintah dan masyarakat berusaha gila juga untuk mandiri. Kini, mereka menjadi salah satu negara maju dengan ekonomi dan wisata yang menakjubkan.


Lalu, dimana posisi Indonesia? Indonesia sedang menuju mandiri pangan dan bakal menjadi adi kuasa pangan dunia.

Baca Juga: 3 Alasan Indonesia Harus Swasembada Pangan dan 5 Dukungan dari Pupuk Kaltim
 

Indonesia menuju Swasembada Pangan

Menjelang Hari Raya Idul Adha lalu, saat sedang asyik membuka platform video You Tube ada notifikasi dari salah satu akun resmi kementerian. Saya klik dan muncul petikan pidato sambutan kepala negara,
“Swasembada pangan adalah kunci dari kemerdekaan. Tidak ada bangsa yang merdeka, kalau tidak bisa produksi pangannya sendiri. Saya ulangi, tidak ada bangsa yang merdeka sesungguhnya, kalau bangsa itu tidak bisa produksi makannya sendiri.”

Begitu potongan sambutan presiden Prabowo Subianto, saat panen raya jagung di Bengkayang, Kalimantan Barat. Di hadapan para pejabat terkait, tentara, polisi dan petani yang ikut hadir.

Pidato tersebut tentu sebagai penegasan kembali kepala negara bahwa bangsa Indonesia sedang dalam transisi menuju swasembada. Ada sebuah proses yang harus dilalui bersama seluruh elemen bangsa. Baik pemerintah pusat sampai daerah, kementerian, lembaga dan badan terkait juga petani dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Semua harus bekerja keras. Dengan posisi dan metodenya masing-masing.

Kabar baiknya, stok beras nasional sudah mencapai 4 juta ton. Tertinggi sepanjang sejarah republik ini berdiri (Sumber: CNBC Indonesia, 02/06/2025). Dari jumlah tersebut, mayoritas adalah hasil serapan Perum Bulog dari petani padi seluruh Indonesia. Jika pasokan stabil, potensi cadangan beras di akhir tahun 2025 mencapai 9,97 juta ton (Sumber: Kompas.id, 03/02/2025). Artinya, Indonesia tidak perlu impor beras lagi kedepan.

Dari sana, tingkat kesejahteraan petani padi juga meningkat. Kesejahteraan petani dapat dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang naik menjadi 121,15% pada bulan Juni 2025 dibanding sepuluh tahun lalu yaitu Bulan Juni 2015 yaitu 100,15%. NTP ini digunakan sebagai salah satu indikator melihat daya beli petani di pedesaan (Sumber: BPS, 2025)

Artinya, secara eksplisit target swasembada beras sudah ada golden ticketnya oleh bangsa Indonesia. Juga diikuti oleh kesejahteraan petani terutama petani padi dan turunannya. Nah, hanya menunggu waktu untuk membuktikan kerja keras bersama di komoditas lain. Seperti jagung yang sudah masuk musim panen.