
Tanaman tebu yang tumbuh optimal, cikal bakal gula berkualitas (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Likes
Secara umum gula diperlukan manusia dalam batas wajar sebagai sumber energi baru bagi tubuh dan otak (kemkes.go.id).
Oleh karena itu, gula selalu diperlukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Inilah yang disebut sebagai kebutuhan gula konsumsi. Dalam skala luas, gula adalah komoditas pangan strategis.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) RI, bahwa kebutuhan gula konsumsi Indonesia mencapai 3,4 juta ton per tahun. Ditambah kebutuhan gula industri yaitu 5,7 juta ton. Maka, total kebutuhan gula nasional adalah 9,1 juta ton per tahun.
Mari kita bahas lebih lanjut tentang bahan baku gula yaitu tebu. Dimana evaluasi produksi akhir giling tebu nasional, produksi gula kristal putih mencapai 2,4 juta ton.
Dari jumlah tersebut berasal dari hasil panen tebu seluas 520.823 hektar. Total produksi tebu sebesar 33.216.612 ton. Dengan rendemen rata-rata 7,42 % (ditjenbun.kementan.go.id, 2025).
Ada tantangan besar dalam upaya pemenuhan kebutuhan gula nasional tersebut. Oleh karena itu, pemerintah mendorong stakeholder terkait untuk saling bekerjasama bahkan ada sebuah mimpi besar yakni swasembada gula.
Swasembada gula bukan program baru. Sudah sejak era tahun 2000an awal pemerintah berusaha menggaungkan swasembada gula. Hal ini karena Indonesia pernah berjaya pada swasembada gula di tahun 1930 , dimana produksi gula nasional saat itu mencapai 3 juta ton, separuh dari itu di ekspor dan menjadikan Indonesia sebagai pengekspor gula terbesar nomor 2 di dunia setelah Kuba (fiskal.kemenkeu.go.id).
Menyadari akan kebutuhan gula juga sejarah swasembada gula yang pernah dicapai, pemerintah kembali serius dalam menggapai swasembada gula. Sebagai regulasi ialah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (biofuel).
Dari Perpres tersebut, pemerintah memiliki Roadmap swasembada gula konsumsi di tahun 2023 dan 2030 untuk kebutuhan industri dan bioetanol.
Bagaimana di tahun 2025?
Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming berkomitmen kembali target tersebut yang juga sesuai arahan dari Presiden Prabowo Subianto saat kunjungan dan tanam tebu di Banyuwangi, Jawa Timur 23 Juni 2025 lalu. Menurut Wapres, tantangan sektor gula nasional mulai secraa on farm kualitas tebu yang belum maksimal, ketersediaan pupuk, bibit dan varietas yang tidak unggul dan proses mekanisasi (setneg.go.id).
Dalam kesempatan lain, pemerintah melalui Kementan RI menyampaikan tantangan dalam mewujudkan swasembada gula yaitu produksi gula nasional yang masih rendah, penurunan luas areal tebu, penurunan produktivitas dan perubahan luas panen secara umum. Juga dari sisi off farm yaitu mesin-mesin di pabrik gula yang sudah berusia tua.
Kini di tahun 2025 perkembangan kondisi sektor gula mulai terlihat tajinya. Pemerintah juga lebih serius dalam mencapai target tersebut melalui beberapa program.
Berikut strategi pemeritah menyiapkan swasembada gula:
1.Ekstensifikasi
2. Intensifikasi
3. Penyediaan Varietas Unggul
4. Penyediaan dan Permudah Penyaluran Pupuk
Bagaimanapun, pupuk adalah sumber nutrisi tanaman. Dengan penggunaan pupuk yang tepat, hasil panen juga akan maksimal.
Seperti penggunaan Pupuk Kaltim di program Agrosolution di Berbah, Sleman, Yogyakarta. Dimana sebelumnya dalam satu hektar areal tanaman tebu hanya menghasilkan 500-600 hektar, dengan penggunaan pupuk Kaltim dan program tersbeut mengalami kenaikan yang tajam. Yaitu, 800-1.000 kuintal per hektar (m.antaranews.com 11/05/2023).
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.