
Ilustrasi kain ( Foto freepik.com)
Setiap kali ke suatu daerah, hal yang paling saya kagumi adalah kain tradisional di masing-masing daerah. Contohnya di Lombok terkenal dengan kain tenun yang terdiri dari kain tenun songket dan tenun ikat.
Di Medan saya menjumpai kain tradisional yang disebut dengan Ulos. Ulos kain tenun yang memiliki nilai budaya dan filosofis tinggi dalam masyarakat Batak.
Juga untuk kain Sabuya. Kekayaan kain tradisional Indonesia yang begitu banyak jenisnya seperti batik, tenun, songket, ulos, lurik dan sasirangan.
Ada cerita dan makna dibalik setiap kain tradisional Indonesia. Teknik pembuatan, motif dan filosofi yang sangat kaya menambah nilai budaya kekayaan Indonesia.
Peluang Bisnis Kain Nusantara
Usia yang cukup tua, seabad pada tahun 2022, kain nusantara termasuk dalam industri tekstil dan produk tekstil (TPT).Perjalanan yang cukup panjang dengan berbagai peluang dan tantangan. Khusus untuk Sabuya, usia belum seabad, tapi penetrasi market sudah mapan karena peluang besar hanya segmen pasar tertentu yang menyukai pola kain tradisional.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Mix and Match Batik ala Sabuya dengan Item Fashion Ini Supaya Lebih Chic
Peluang kain nusantara dan tekstil Indonesia serta potensi pasar yang besar dan keberagaman produk tekstil yang ditawarkan, sehingga menarik pengusaha yang tertarik terjun dalam bisnis ini.
Pada tahun 2022, ada komitmen dari TPT untuk mengurangi impor bahan baku. Selain itu, TPT punya peta jalan industri TPT yang berkelanjutan.
Hal ini sangat penting bagi ekspor Indonesia karena semua negara di Uni Eropa sudah mulai mempraktekkan dan menerapkan standarisasi produk-produk hijau.
Salah satunya penerapan penerapan paspor produk digital (DPP) pada tahun 2030. Fungsi DPP adalah untuk crosscheck apakah bahan baku, komponen dari tekstil yang kita expor sudah memenuhi syarat misalnya asalnya dan proses daur ulang .
Khusus untuk kain Sabuya, para konsumen di Uni Eropa akan tetap menyukai kostum dengan etnik yang menggambarkan ke Indonesiaan. Ada kebanggaan tersendiri bagi para pembeli karena mereka mengerti konsep etnik Indonesia dan filosofi kain Sabuya.
Namun, perlu diingat kemandirian bahan baku merupakan resolusi kemandirian bahan baku benang dan industri TPT berkelanjutan. Bahan baku tekstil Indonesia seperti kapuk dan serat kayu akan dkembangkan sebagai benang sintensi.
Kapuk Indonesia potensinya cukup besar, tetapi riset dan pengembangan bahan baku yang menopang industri TPT secara berkelanjutan.
Kemandirian bahan baku yang fokus pada pengembangan benang rayon dan serat viscose.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.