Makna Kemerdekaan dan Cara Merasakan Kemerdekaan untuk Diri Sendiri

Ilustrasi merayakan kemerdekaan (Foto Freepik.com)

Ilustrasi merayakan kemerdekaan (Foto Freepik.com)


“Jadilah dirimu sendiri dan katakan apa yang kamu rasakan, karena mereka yang peduli tidak penting, dan mereka yang penting tidak peduli.” Bernard M. Baruch


Sigmund Freud, tokoh psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi, mengatakan bahwa kebebasan sejati dicapai melalui pemahaman diri yang mendalam, keseimbangan antara lahiriah, batiniah, dan norma sosial serta kemampuan untuk membuat pilihan otentik dan bertanggung jawab

Merdeka, sebentar lagi kita akan mendengar pekikan itu. Setiap tanggal 17 Agustus merupakan peringatan hari Kemerdekan Indonesia ke-80.  

Namun, di hari kemerdekaan itu saya secara pribadi harus mengulik lagi apakah merdeka untuk diri atau pribadi saya sudah saya genggam?

Selama ini, banyak pergumulan hidup untuk bisa bebas berpikir, berekspresi maupun beraktivitas. Namun, untuk sepenuhnya bebas tidak mudah dapat saya lakukan, karena ada batasan-batasan atau hambatan yang mendera saya.  Hambatan itu berupa penindasan dalam pikiran, misalnya nilai yang berbeda dengan nilai yang saya anut.

Bahkan hambatan berupa rasa malas, ancaman kesehatan (satu persatu organ mulai sakit, dari perut yang super sensitif, kaki dengan osteoarthritis, tangan dengan finger trigger, sampai tekanan darah tinggi. 


Tekanan dari luar pun jadi kendala utama.   Ketika prinsip dari nilai yang kita anut, ternyata berbeda dengan teman-teman kita semua, maka saya akan berpikir, jika saya  tidak mengikuti/mengubah nilai hidup saya artinya saya nantinya  akan dikucilkan.

Lalu, belum lagi relasi dengan teman atau saudara yang selalu mendikte kita untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tak sesuai dengan prinsip hidup kita.

Yuk kita piknik ke sana kemari, padahal ada banyak kegiatan internal, serta pemikiran apakah dengan piknik ini kita akan bahagia atau justru kita akan pulang dengan sedih karena biaya piknik ternyata over budget.

Pola pikir yang negatif tentang kekecewaan atas usaha yang tidak tercapai, peristiwa kekejaman tragis membuat diriku sering lewah pikiran atau pikiran yang berlebihan.  

Susah tidur, padahal sudah minum obat tidur, tapi kenapa kekhawatiran berbagai aspek sosial, politik yang terjadi akhir-akhir ini seringkali mengantarkan saya kepada susah tidur.  

Setelah membaca buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring,  saya sadar bahwa kekhawatiran saya bersumber dari emosi negatif atau kecemasan yang berlebihan disebabkan oleh rasio atau pola pikir yang keliru.  

Pola pikir keliru ini harus dirubah dengan menerapkan filsafat stoa . Kendali nasibku sebagai manusia di tanganku sendiri, apakah aku ingin berbahagia atau tidak.  Jika tidak, yah teruskan saja overthinking yang tak bermanfaat.

Baca Juga: Mengunjungi Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman: Wisata Sejarah seorang Pahlawan
 

Dijerat Berbagai Musuh Tak Terlihat Itu, Saya Mulai Memaknai Kemerdekaan dengan Sepenuh Hati


Makna kemerdekaan yang saya amati dan telaah lebih jauh dalam diri:
 

1. Jangan Takut Berbuat Baik dan Kebenaran 

Sulit untuk menerapkan karena kebenaran yang hakiki itu milik Tuhan, tapi saya berusaha belajar dari Kitab Kristen yaitu Injil.  

Ketika saya jalankan, rasanya hati saya damai sejahtera, tidak takut konsekuensi, apa kata orang lain, apa yang terjadi nanti jika, jika, jika....
 

2. Saling Toleransi dengan Sesama

Hidup berdampingan dengan mereka yang berbeda itu tak mudah. Tapi indahnya ketika saya selalu mendapatkan teman berbeda agama, dan baik yang menolong saya dalam sakit.  

Saya pernah menginap di rumah sakit untuk tindakan colonoscopy, keluarga sebelah saya yang berbeda agama dengan saya, selalu memperhatikan kebutuhan saya memberikan air panas.
 

3. Indonesia Bisa, Indonesia Hebat

Analogi slogan untuk diri sendiri yang bukan untuk sesumbar saja.  Namun, saya merdeka untuk menjadi diri sendiri, saya akan bebas dari berbagai tekanan dari luar dan dapat mengendalikan emosi dan kendali atas tekanan orang lain.  

Saya dapat hidup sesuai dengan keyakinan, tujuan yang diinginkan.
 

4. Berjuang untuk Hidup yang Lebih Baik

Pasti, saya sudah lebih paham bagaimana menata hidup merdeka dalam kebebasan keputusan pribadi, karir (sebagai penulis buku), aspirasi dalam memberikan opini.

Kemandirian finansial yang harus saya lakukan tanpa ketergantungan kepada anak atau suami, penghargaaan emosional atas nilai pribadi yang saya miliki, kemandirian dalam pertumbuhan pribadi.