Akulturasi Budaya dengan Sentuhan Modern ala Sabuya

Gaya Ala Sabuya (Sumber Gambar: Instagram @sabuyaroom)

Gaya Ala Sabuya (Sumber Gambar: Instagram @sabuyaroom)


Siapa bilang kalau akulturasi budaya dalam dunia fashion enggak bisa hasilin cuan?

Sini-sini, yuk kumpul dulu dan kenalan sama produk-produk dari sabuya!

Bukan lagi rahasia Be-emers, kalau negara kita kaya akan kebudayaan. Dari sekian banyaknya budaya yang tersebar dari sabang sampai merauke, juga banyak dihasilkan produk-produk yang bernilai budaya seperti kain tenun, ulos, lurik, batik, dan beragam kain nusantara lainnya. 

Dikutip dari laman republika.co.id, ternyata pemiliki brand Sabuya, Arnis Wiganti, memiliki hobi traveling.  Hemm, tidak kaget lagi ya, kalau produk pakaian yang dijual memiliki keberagaman jenis kain serta model yang begitu modern.

Nama-nama dari pakaian yang dijual juga unik, karena berasal dari berbagai tempat di Indonesia. Misalnya, Ratenggaro Outer, yang merupakan outer yang dibuat dari kain tenun motif sumba. Nama Ratenggaro ini berasal dari salah satu nama Kampung Adat di daerah Sumba. Letak kampung adat ini berdekatan dengan pantai, suasananya sangat cantik di saat senja datang. 


Itu hanya salah satu contoh saja ya Be-emers. Produk Sabuya yang lain masih banyak. Di antara keberagaman produk tersebut, Sabuya juga menawarkan produk fashion yang mengkombinasikan dua budaya atau lebih, atau kita kenal dengan istilah akulturasi budaya. 

 

Akulturasi Budaya dengan Sentuhan Modern ala Sabuya


Berikut adalah beberapa jenis produk akulturasi budaya bergaya modern yang diciptakan oleh sabuya:


1. Perpaduan Kain Tenun dari Berbagai Daerah di Indonesia

Salah satu produk sabuya yang mengkombinasikan dua jenis kain tenun tradisional nusantara adalah produk outer-nya yang bernama Nemberela Outer. Outer yang satu ini merupakan perpaduan antara kain tenun jepara yang dipadu padankan dengan Tenun Papua.

Dikutip dari tenun.id, Tenun Jepara ini merupakan salah satu warisan budaya yang dihasilkan dari daerah di pesisir utara Pulau Jawa, yang bernama Jepara. Ia lahir pertama kali pada tahun 1935 dan terus bertahan dari generasi ke generasi.

Masih dikutip dari sumber yang sama, untuk kain tenun papua, seperti namanya, ia lahir dari dataran papua dengan segala kekhasannya yang mencerminkan kebudayaan dan alam papua.

Akulturasi dari dua jenis kain ini sungguh memukau dan autentik. Sangat cocok dipakai dikegiatan formal maupun non formal. Penampilan kita saat memakai Nemberela Outer juga akan semain chic

Nemberela Outer dari Sabuya (Sumber Gambar: Instagram @sabuyaroom)

 

2. Perpaduan Kain Tenun dan Kain Lurik

Perpaduan kain tenun dan kain lurik yang dihasilkan oleh sabuya sangat beragam, seperti: sentani series, tomia jaket, berau top, sombori top, dan dombo jumpsuit.

Tomia Jaket dari Sabuya (Sumber Gambar: Instagram @sabuyaroom)

Sentani series merupakan perpaduan antara tenun khas jepada dan kain lurik. Tomia jaket, adalah salah satu produk jaket dari sabuya yang mengkombinasikan tenun sumba dan lurik bergaya natural dress dengan motif klasik.

Berau top adalah jenis kemeja dengan bahan kain tenun motif dayak dan lurik. Begitu pula dengan Sombori top, sebuah kemeja yang dibuat dari bahan kain tenun dan lurik. Dombo jumpsuit, produk ini dibuat dengan memadu padankan kain tenun motif toraja dengan kain lurik motif klasik.

Beragam banget kan Be-emers?

Semua produk yang dihasilkan dari perpaduan kain tenun dan kain lurik ini didesain dengan gaya yang modern dan kekinian. Dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda dari masing-masing jenis kain, membuat pakaian semakin berkarakter bukan Be-emers?

 

3. Perpaduan Kain Ulos dan Kain Lurik

Salah satu jenis pakaian dari Sabuya, yang merupakan kombinasi antara kain ulos dan kain lurik adalah Sibolga Dress. Desainnya cukup sederhana dan beragam, sehingga cocok untuk dipakai sehari-hari baik itu untuk acara formal maupun non formal.

Sibolga Dress dari Sabuya (Sumber Gambar: Instagram @sabuyaroom)

Dikutip dari kompas.com, Kain Ulos sendiri merupakan jenis kain tenun, berbentuk selendang, yang dihasilkan dari Batak. Keberadaannya melambangkan ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya. Biasanya kain ini digunakan untuk menghangatkan badan.

Dilansir dari laman yogyakarta.kompas.com, kain lurik merupakan jenis kain tenun tradisional khas jawa, di mana motifnya bergaris-garis kecil baik horizontal maupun vertikal.

Perpaduan dua jenis kain ini tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen bukan Be-emers? Desain modern yang tertanam di dalamnya, juga semakin menambah nilai jual dari Sibolga Dress ini.

 

4. Perbaduan Kain Tenun dan Kain Batik

Sabuya juga menciptakan sebuah produk yang mengkombinasikan kain batik dan kain tenun. Perpaduannya berasal dari kain batik nitik bintang dan kain tenun toraja.

Dikutip dari zalora.co.id, kain batik nitik sendiri merupakan jenis kain batik tulis tertua yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbeda halnya dengan batik nitik, dikutip dari jadesta.kemenpar.go.id, kain tenun toraja adalah salah satu warisan budaya yang berasal dari suku Toraja, Sulawesi Selatan.

Perpaduan dua kebudayaan ini terlihat sangat harmonis dan indah dipandang.

Produk lainnya bernama Illabulo Outer, yang merupakan perpaduan antara batik dan tenun. Warna-warna yang dikombinasikan menyatu, seolah-olah ingin menceritakan bahwa kita berasal dari negeri yang penuh akan keberagaman namun tetap bersatu, menawarkan keindahan tanpa batas. 


Illabulo Outer dari Sabuya (Sumber Gambar: Instagram @sabuyaroom)