Etika Menyampaikan Aspirasi: Ini Caranya!

Ilustrasi warga berorasi dengan semangat sebagai wujud penyampaian aspirasi (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi warga berorasi dengan semangat sebagai wujud penyampaian aspirasi (Sumber gambar: Freepik)


Kalau soal berpendapat, Be-emers, itu bukan hadiah yang bisa dicabut kapan saja. Itu hak kita, dan UUD 1945 Pasal 28E ayat 3 udah bilang jelas semua orang bebas berserikat, kumpul, dan ngomongin pendapatnya. Jadi intinya, suara kita sah buat didengar.

Nah, masalahnya sering muncul bukan pada apa yang kita sampaikan, tapi bagaimana cara kita menyampaikannya. Niat tulus kadang jadi bias ketika cara menyampaikannya enggak tepat sasaran.
 

Kenapa Etika Penting Saat Menyampaikan Pendapat?

Tanpa etika, aspirasi bisa salah ditangkap bahkan menimbulkan konflik baru. Dengan etika, suara kita justru lebih kuat karena:
  • Pesan bisa diterima lebih jelas.
  • Audiens lebih terbuka untuk mendengarkan.
  • Perbedaan pendapat tidak merusak hubungan.


Prinsip Etika Menyampaikan Aspirasi

Berikut adalah prinsip menyampaikan aspirasi dengan baik di muka umum: 

1. Gunakan Bahasa yang Santun

Kata-kata kasar mungkin terasa melegakan, tapi biasanya membuat orang langsung menutup telinga. Dengan bahasa yang sopan, peluang pesan kita didengar jadi lebih besar.
 

2. Belajar Menghargai Perbedaan

Tidak semua orang punya pandangan yang sama. Cobalah mendengar sebelum didengar, karena sikap terbuka bikin diskusi lebih sehat.

Baca Juga: Harapan untuk Upah Layak, Bagaimana sih Baiknya?
 

3. Utamakan Cara Damai

Demo boleh, diskusi online juga sah, tapi jangan sampai merugikan orang lain. Ingat, tujuan utama aspirasi adalah menyampaikan gagasan, bukan memancing keributan.
 

4. Arahkan Kritik Jadi Solusi

Kritik tanpa jalan keluar sering terdengar seperti keluhan. Aspirasi yang disertai tawaran solusi akan lebih dihargai oleh pihak yang menerima.

 

5. Bijak Bermedia Sosial

Sekali unggahan bisa langsung viral. Maka, pikirkan dampak sebelum menekan tombol “kirim”. Dengan begitu, Be-emers bisa tetap menyuarakan pendapat tanpa menimbulkan salah paham.