Kearifan Lokal Kampung Naga Memanfaatkan Bambu, Tetap Bertahan di Tengah Gempuran Zaman


Bentuk atapnya unik, disebut susuhunan julang ngapak jolopong atau bentuk atap panjang pada satu atau kedua sisi. Di ujung atap sebagai titik pertemuan belah atap dipasang gelang dari bahan bambu dan kayu yang dibungkus ijuk yang dinamai Cagak Gunting.

 

Atap rumah pun dirancang dengan seksama [Dokumentasi Pribadi]

Atap rumah pun dirancang dengan seksama [Dokumentasi Pribadi]


Uniknya, terdapat kepercayaan masyarakat terkait arah rumah. Aspek ini erat kaitannya dengan perolehan rezeki sehingga harus diperhitungkan dengan hari kelahiran suami sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup keluarga. Jika hari kelahiran suami pada hari Senin dan Selasa, maka rumah harus menghadap utara. Jikalau suami lahir ke dunia pada Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu maka rumah harus menghadap ke arah Selatan.

“Semua rumah di sini juga tahan gempa, mbak,” tambah Pak Otoy lagi. Sistem pondasi rumah dibuat dari tumpukan batu tanpa semen, sehingga air bisa meresap ke dalam tanah jika hujan deras mengguyur bumi. Berbagai penelitian menyebutkan bangunan adat yang ada di Kampung Naga sejatinya tak hanya berfungsi untuk melestarikan budaya Sunda melainkan melindungi penghuninya dari bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan tanah longsor.

“Kalau ada gempa bumi, anak-anak malah diam di rumah. Mereka keasyikan merasakan sensasi tanah yang bergoyang karena gempa,” wajah Pak Otoy nampak biasa saja, seolah bencana alam sejatinya adalah cara alam untuk menyampaikan pesan. Tak perlu takut, justeru sebagai manusia kita hanya tamu dan harus bersahabat dengan alam. Boleh mengambil, tetapi jangan serakah. Demikian pesan Pak Otoy.
 

Menjaga Keberlangsungan Alam dengan Kebijaksanaan

Prinsip itu dibuktikan Pak Otoy kala mengajak kami berkeliling. Kampung Naga sangat berpegang pada aturan pamali, konsep yang juga amat saya kenal sebagai gadis Sunda. Salah satunya bagaimana masyarakat Kampung Naga memanfaatkan alam, ada aturan tidak tertulis yang wajib ditaati.


 

Bambu memiliki arti penting bagi masyarakat, termasuk menunjang ekonomi [Dokumentasi Pribadi]

Bambu memiliki arti penting bagi masyarakat, termasuk menunjang ekonomi [Dokumentasi Pribadi]


Bambu adalah komoditas vital yang sangat melekat dengan kehidupan masyarakat Kampung Naga. Di samping bahan bangunan untuk hunian; bambu dimanfaatkan untuk membuat alat dapur seperti boboko (tempat nasi), aseupah (kukusan), dan tempat sampah. 

Aneka kerajinan rumah tangga yakni keranjang, kipas tangan, nampan, tolombang, giribig, dan tampir dibuat para ibu dengan tekun. Kerajinan tangan ini dijajakan kepada pelancong yang mampir sebagai mata pencaharian masyarakat. Di akhir perjalanan, saya membeli kipas tangan sebagai kenang-kenangan.

“Di sana itu ada Leuweung Larangan (Hutan Terlarang) dan semua orang dilarang masuk termasuk saya. Kalau nggak nanti ditegur leluhur,” tambah Pak Otoy. Saya memandang arah yang ditunjuk lelaki paruh baya tersebut.