
Ilustrasi percetakan buku (Sumber: Pixabay.com)
Tahukah kamu, Walton Family Foundation and Gallup bilang kalo 35 persen dari populasi gen Z saat ini ngaku dirinya enggak suka baca bahkan walau hanya sekedar untuk bersantai? Uuh, sedih deh dengernya.
Enggak bisa dipungkiri, perkembangan internet yang sedemikian cepat itu bikin gen Z lebih suka nyari informasi lewat Google atau AI ketimbang membolak-balik halaman buku. Bener enggak?
3 Cara Industri Penerbitan Buku Bertahan di Era Digital
Terus gimana ya cara industri penerbitan buku tetap bertahan di era digital ini? Psst, Mita Hestirani selaku sejarawan, pegiat literasi sekaligus pecinta sastra klasik berbagi tipsnya nih:1. Hadirkan Wajah Baru, Segarkan Ingatan
Siapa sih yang enggak familiar sama dongeng Cinderella, Maleficent, Beauty and The Beast, Mickey Mouse dan sederet karya Disney lainnya?Meski sudah puluhan tahun diceritakan turun temurun dari generasi ke generasi, hingga kini masih diminati bahkan selalu dinantikan dan menyedot atensi luar biasa. Apa kuncinya?
Kisah sederhana yang lantas disesuaikan sama konteks dan isu-isu kontemporer alias dibuat lebih kekinian tanpa menghilangkan esensi. Kayak salah satu script Cinderella yang dikembangin jadi seorang fashion designer sukses meski dulunya hidup sengsara di loteng.
Dengan begini, suatu kisah klasik akan lebih menarik bagi gen Z karena tidak hanya relevan dengan kenyataan yang ada, tetapi juga ngasih tuntunan dan pesan dalam menghadapinya.
2. Ubah Format Penulisan Jadi Graphic Novel/Pictorial Book
Udah baca Sapiens grafisnya Yuval Noah Harari? Di era digital ini, tampilan visual nan kece jadi tahta wajib kalo mau meminang gen Z.Makanya, alih-alih menulis rapet bin panjang kali lebar layaknya diktat kuliah, Yuval bikin versi komikal berwarna. Isinya lebih mudah dimengerti, gak bosen, bukunya jadi lebih estetik juga kan?
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.