Marak Terjadi, Kenali Penyebab dan 6 Tips Mencegah Bullying

Mengenal akar penyebab dan tips mencegah bullying. [Sumber: Pixabay]

Mengenal akar penyebab dan tips mencegah bullying. [Sumber: Pixabay]


Belum lama tepatnya 15 Oktober 2025, dunia pendidikan kembali diwarnai duka. Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana semester VII jurusan Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) meregang nyawa.

Diduga, ia mengakhiri hidup karena tak kuat menghadapi perundungan yang dihadapinya semasa berkuliah. Mirisnya, perundungan terus berlanjut hingga ia telah meninggal.


Akar Penyebab Bullying

Be-emers, kasus ini bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Sekolah, kampus yang seharusnya menjadi rumah kedua untuk menimba ilmu seringnya menjadi tempat tidak aman.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat terjadi 16.720 kasus bullying pada tahun 2023, sementara Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) melaporkan temuan 30 kasus di tahun yang sama dan 21 kasus pada tahun 2022. 

Melansir laman Verywell Family, ada sederet faktor yang menyebabkan seseorang bisa menjadi pelaku perundungan. Apa saja?
  • Pernah melihat kekerasan dalam rumah. Sebagai madrasah utama, anak yang kerap melihat interaksi tidak baik di dalam keluarga cenderung melakukan hal yang sama.
  • Pola asuh orang tua keliru. Kebiasaan menggunakan hukuman fisik sebagai cara mendidik anak ketika berbuat salah bisa menjadi penyebab bullying. Besar peluang anak menyimpan dendam, lalu ia akan melampiaskannya kepada orang lain.
  • Pernah menjadi menjadi korban. Tadinya korban, tidak menutup kemungkinan menjadi pelaku. Alasannya? Trauma karena pernah menerima perlakuan yang sama
  • Kurang mendapatkan perhatian dari keluarga. Orang tua sibuk bekerja sehingga luput memerhatikan tumbuh kembang anak akan membuat anak mencari perhatian di luar rumah
  • Ingin memegang kendali. Keinginan seseorang memegang kontrol akan memicu anak menekan orang lain yang dianggap bisa menuruti perintah
  • Tidak ada edukasi dan nirempati. Riset menunjukkan bahwa pola asuh dan pendidikan penuh empati dapat membuat seseorang lebih mudah menghargai dan menghormati orang lain.
  • Pengaruh pergaulan. Pemilihan teman juga berpengaruh. Pelaku bullying rela melakukan apapun agar dapat diterima lingkup pergaulannya.
  • Dinamika media sosial. Memang tidak semuanya, tetapi penggunaan gawai yang tidak bijak juga bisa menjadi sarana anak melakukan perundungan lo. Riset mengungkapkan game online bisa menjadi tempat untuk melakukan cyberbullying berupa hinaan, ejekan, atau hujatan.

Tips Mencegah Bullying yang Patut Dipahami, Seluruh Sektor Harus Bersatu
 

Mengenal penyebab dan tips mencegah bullying. [Sumber: Pixabay]

Mengenal penyebab dan tips mencegah bullying. [Sumber: Pixabay]


Sudah menjadi tugas pemerintah melindungi warga, termasuk lembaga pendidikan dari bentuk perundungan apapun. Iya memang benar, tetapi bukan berarti sektor lain hanya berpangku tangan.



Dimulai dari rumah, aksi kekerasan pada teman seusia dapat dicegah. Merujuk berbagai sumber, ini pedoman yang bisa dilakukan.

1. Orang Tua, Jadilah Panutan Terbaik

Sebelum ke sekolah, anak adalah peniru ulung. Ia akan meniru tindak tanduk orang dewasa terdekat yakni orang tuanya. Kalau komunikasi di rumah sudah penuh amarah, bayangkan koper emosi seperti apa yang akan anak bawa ke sekolah?

Karena itu, jadilah contoh dengan memberlakukan saling menghargai dan memperlakukan semua orang dengan baik di rumah. Biasakan berdiskusi dengan anak, termasuk topik yang biasanya tabu dibicarakan.


2. Ajarkan Anak Cara Bertahan

Penulis sendiri pernah menjadi korban perundungan mulai bangku SD hingga SMA. Kala itu, ibuku berpesan: kalau bullying yang kamu terima udah sampai fisik, balas saja. Lapor melapor urusan belakangan.

Aku tidak mengamini kekerasan, terapi miris rasanya melihat polah perundungan yang beredar di lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua mengajarkan anak bagaimana bertahan ketika menjadi korban.

Merujuk akun Instagram @mood.jakarta, seorang prajurit TNI membagikan kiat bagaimana anak bersikap ketika dirundung. Kunci utama adalah tidak langsung memaafkan.

"Jika anak kita dibully oleh temannya jangan ajarkan anak untuk langsung memaafkan, sebaliknya biarkan dia membalas tindakan tersebut," kata Edy dari unggahan Instagram @mood.jakarta pada Jum'at, 18 April 2025.

"Agar dia tidak tumbuh menjadi anak yang pengecut. Setelah itu ajarkan dia untuk bisa memahami bahwa ada opsi yang lebih bijak jika menghadapi bully yaitu memaafkan," tambahnya. Menurutnya, jika langsung memaafkan murni dilakukan karena terpaksa atau sedang dalam rasa takut.