Beda Bullying dengan Konflik, 5 Cara Menangani dan Mencegahnya!

5 Cara Menangani dan Meminimalisasi Kasus Bullying. Sumber Gambar Adobe Express

5 Cara Menangani dan Meminimalisasi Kasus Bullying. Sumber Gambar Adobe Express


Beberapa waktu lalu, anak dari saudara penulis yang masih Sekolah Dasar (SD) mengalami bullying. Bullying tersebut tidak sampai tahap seperti yang kita saksikan di drama atau sinetron di televisi atau di YouTube.

Artinya ada pengeroyokan, pemukulan, penyekapan, dan hal-hal ekstrim lain. Tetapi tetap bullying tersebut meninggalkan trauma. 
 
Untungnya kasus tersebut dapat diketahui dengan cepat oleh orang tuanya. Pihak sekolah juga cepat tanggap dan mau bekerja sama mengatasi bullying tersebut. Sehingga kasus bullying tidak berlanjut, berlarut-larut, dan mengurangi penularan kasus bullying.
 
Cerita pembuka tersebut merupakan pengingat bagi kita Be-emers, bahwa bullying itu masih ada di sekitar kita. Lalu bagaimana mengatasinya? Berikut adalah 5 Cara menangani dan meminimalisasi kasus bullying
 
 

Bullying Berbeda dengan Konflik

Be-emers, banyak orang yang menyalahartikan dan menyamakan antara bullying dengan konflik. Secara sederhana keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut. Bullying dilakukan oleh orang yang memiliki kuasa terhadap orang yang lemah. Sedangkan konflik dilakukan oleh orang-orang yang sama-sama kuat, atau posisinya sejajar.
 
Bullying contohnya dilakukan oleh atasan terhadap anak buah. Atau sekelompok orang yang kuat terhadap orang yang lemah. Atau kakak kelas terhadap adik kelas. Sedangkan konflik contohnya terjadi di antara sesama rekan kerja yang posisinya sama. 
 
Dari contoh di atas, kita bisa membedakan. Anak buah yang diberlakukan oleh bos, cenderung tidak berani melawan. Apalagi jika bos tersebut menyertainya dengan ancaman yang mengatasnamakan kuasanya.

Misalnya akan dipecat dan sebagainya. Begitu juga dengan kakak kelas versus adik kelas. Meskipun ada adik kelas yang berani, tetapi sebagian besar pasti tidak berani karena di bawah alam sadar merek, mereka harus patuh, hormat, (dan mungkin memang takut) kepada kakak kelas.

Sedangkan pada contoh konflik, jika posisinya sejajar, mereka bisa memilih (punya pilihan) akan melanjutkan konflik atau meredam konflik.
 
Berdasarkan perbedaan bullying dan konflik di atas Be-emers, sebaiknya kita merespon secara baik terhadap korban bullying dengan memberikan pertolongan.
 
 

5 Cara Menangani dan Meminimalisir Kasus Bullying

Berikut adalah 5 cara menangani dan meminimalisir kasus bullying yang bisa kamu lakukan:
 

1. Dengarkan dengan Baik

Jika ada orang yang bercerita atau menceritakan pengalamannya yang diperlakukan tidak baik oleh orang lain, maka dengarkan cerita tersebut dengan baik.

Jangan dipotong, apalagi segera dinasehati. Sehingga kita bisa mengidentifikasi kasus tersebut termasuk bullying atau konflik.
 
 

2. Jangan Dinasehati 

Jangan dinasehati, misalnya:
“Makanya, jadi orang itu mudah diajak kerja sama. Jadi orang itu jangan hanya pinter, tapi seharusnya memiliki kecerdasan emosional. Jangan suka merasa hebat sendiri. Paling menang sendiri…” dan sebagainya.


Nasehat-nasehat yang menjurus kepada, korban diperlakukan tidak baik oleh orang lain karena attitude-nya kurang baik.
 
Nasehat adalah baik. Apapun alasannya. Tapi untuk kasus bullying, dia diperlakukan tidak baik bukan karena attitude-nya yang kurang baik. Tapi dia adalah korban.
 
Korban itu tidak butuh dinasehati. Sebaliknya korban butuh didengarkan, ditenangkan, dan diberi rasa nyaman. Informasi dan saran ini juga pernah dibaca oleh penulis di websitenya World Health Organization (WHO).
 
 

3. Siapkan Rekaman

Nah, jika Be-emers sudah bisa mengindikasi bahwa ini adalah kasus bullying, terutama jika terjadi pada anak-anak, rekaman.
 
Meskipun hanya rekaman suara yang berupa cerita, rekaman tersebut nantinya dapat digunakan sebagai bukti.