Stop Bilang “Jangan Baper”: Cara Nyata Mencegah Bullying!

Stop bilang "Jangan Baper", ini tindak nyata kasus bullying (Sumber: freepik.com)

Stop bilang "Jangan Baper", ini tindak nyata kasus bullying (Sumber: freepik.com)


Pernah enggak sih kamu lagi disindir teman, terus pas kamu mulai enggak nyaman, malah dibilang, “Ah, jangan baper!”. Kalimat ini kelihatannya ringan, tapi seringkali dipakai untuk nutupin perilaku yang menyakiti orang lain.

Dalam banyak kasus, “jangan baper” adalah bentuk gaslighting sosial, kondisi di mana orang lain merasa bersalah karena punya perasaan. Padahal, kalau dipikir lagi, yang salah bukan rasa bapernya, tapi cara kita memperlakukan orang lain tanpa empati.

Di era yang katanya open minded, justru banyak orang kehilangan kepekaan. Dari candaan di tongkrongan sampai komentar di media sosial, bullying makin sering muncul dalam bentuk humor. Padahal, enggak ada yang lucu dari mempermalukan orang lain.
 

Bullying Bukan Soal Fisik Saja

Masih banyak yang berpikir bullying itu cuma soal kekerasan fisik. Padahal, bentuk yang paling sering dan paling sulit dideteksi justru bullying verbal dan sosial.

Contohnya?
  1. Ngejek fisik atau penampilan orang
  2. Menyebar gosip atau mengucilkan teman di grup
  3. Komentar sinis di media sosial
Semua itu meninggalkan luka psikologis yang bisa bertahan lama, bahkan ketika pelakunya sudah lupa, korban masih berjuang menyembuhkan diri.

Dan yang lebih parah, kadang bullying justru dibiarkan karena dianggap “proses pendewasaan”. Padahal, enggak ada yang dewasa dari membuat orang lain merasa rendah.
 

Mencegah Bullying Itu Bisa Dimulai dari Diri Sendiri

Kita sering nunggu pihak sekolah, kampus, atau instansi yang bergerak duluan. Padahal, pencegahan paling kuat datang dari kebiasaan individu yang sadar diri.


Berikut beberapa langkah sederhana tapi berdampak besar:

1. Pikir Sebelum Bicara

Kalau kamu ragu apakah ucapanmu bakal menyinggung seseorang, anggap saja, iya. So, lebih baik diam daripada menyesal.
 

2. Belajar Empati

Bukan cuma soal memahami perasaan orang lain, tapi juga menghormati cara mereka menanggapi sesuatu.