cara membedakan hati yang sehat dan hati yang sakit (sumber gambar: islam.nu.or.id)
Likes
Hati adalah raja. Seluruh tubuh adalah pelaksana dari setiap apa yang di kenankan oleh hati kita, aktivitasnya tidak dinilai benar jika tidak diniatkan dan dimaksudkan oleh sang hati. Dikemudian hari hati itu akan di tanya oleh para prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas pemimpin nya.
Hati itu bisa hidup dan bisa pula mati sehubung dengan itu hati dikelompokan menjadi tiga yaitu: hati yang sehat, hati yang mati, dan hati yang sakit.
Namun, apa perbedaan dari ketiga kelompok tersebut? Dan apakah hati kita ada pada salah satunya?
Hati yang sehat, adalah hati yang selamat, didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah SWT, hati yang selamat adalah hati yang tidak pernah beribadah kepada selain Allah dan berhukum kepada selain Rasulullah,murni hanya kepada Allah dan Amalnya semuanya Li-llah, semata hanya karena Allah.
Jika ia mencintai, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya di lakukan hanya karena Allah. Hal itu saja tidak dirasa cukup, sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Allah dan Rasulullah.
Sampai hatinya telah terikat kepadanya dengan ikatan yang kuat untuk menjadikan nya sebagai satu-satunya panutan, dalam perkataan dan perbuatan, ia tidak akan bersikap lancang. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” ( Al-Hujurat : 1)
Sementara itu, bagaimana dengan hati yang mati? Hati yang mati, adalah hati yang tidak mengena siapa Rabbnya.
Ia tidak beribadah kepadanya dan enggan menjalankan perintahnya. Hati seperti ini selalu berjalan Bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi saja, walaupun itu di benci dan dimurkai oleh Allah SWT, ia tidak peduli dengan keridhaan ataupun kemurkaan Allah SWT. Baginya yang paling terpenting hanyalah memenuhi keinginan hawa nafsu.
Jika pun ia mencinta, membenci, memberi dan menahan diri hanya kaena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasai dirinya dan lebih ia cintai dari pada keridhaan Allah SWT.
Baginya, hawa nafsu telah menjadi pengendali di dalam tubuhnya, kebodohan adalah sopirnya,dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Bergaul dengan orang yang hatinya mati adalah penyakit, berteman dengan nya adalah racun, dan berkumpul dengan mereka adalah bencana.
Adapun bagaimana ketika keadaan hati kita sedang sakit? Hati yang sakit, adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti hal yang paling kuat, kadang-kadang ia cenderung kepada ‘kehidupan’, dan kadang-kadang pula cenderung kepada ‘penyakit’. Padanya itu terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada Allah, dan padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, dan sikap ujub lainnya, dan itu adalah sumber bencana dan kehancuran baginya, ia diantara dua penyeru; penyeru kepada Allah, rasul dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambut adalah seruan yang paling dekat dan paling kuat dengan nya.
Hati seseorang itu bisa sakit. Sakitnya bisa semakin parah dan ia tidak menyadarinya. Bahkan, bisa menjadi hati yang mati, tanpa disadari oleh pemiliknya. Pertanda hati itu sakit atau mati adalah ia tidak lagi merasakan sakitnya bermaksiat dan betapa menderitanya berada dlam suatu kebodohan, sebab hati yang hidup akan merasakan tersiksa apabila melakukan hal yang buruk.
Terkadang, seseorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakan penyakitnya. Namun ia tidak tahan mengecap pahitnya obat penawar dan ia lebih memilih untuk memelihara hati yang sakit untuk selamanya.
Hati yang sehat selalu mengutamakan “makanan” yang bermanfaat dari pada racun yang mematikan. Makanan terbaik adalah keimanan. Obat terbaik adalah Al-quran.
Tanda sehatnya hati adalah jika si empunya hati ketinggalan atau tidak sempat melakukan kebiasaan seperti membaca wirid atau suatu ibadah, ia akan merasa sakit dan tersiksa melebihi orang kaya yang kehilangan hartanya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “ketahuilah, didalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, mka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati.”
Yang perlu kita ketahui adalah setiap kemaksiatan adalah racun bagi hati. Ia menjadi penyebab sakit dan kehancuran bagi hati. Yang dimaksud dari racun itu tergolong dikarenakan empat hal, yaitu: banyak bicara, banyak makan, banyak memandang, dan banyak bergaul.
Banyak bicara, Rasulullah menjadikan lurusnya hati sebagai syarat lulusnya iman, dan menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat lulusnya hati. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasul SAW bersabda:
“keimanan seorang hamba tidak akan lurus sebelum lurus hatinya, dan hatinya tidak akan lurus sebelum lurus lisannya”
Banyak makan, sedikit makan dapat melembutkan hati, menguatkan daya piker, membuka diri, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Berapa banyak kemaksiatan yang bermula dari keadaan kenyang dan kelebihan makan.
Maka, barangsiapa bisa menjaga keburukan perutnya ia telah menjaga diri dari keburukan yang besar. Karenanya, tersebut dalam sebuah atsar, “persempitlah jalan setan dengan berpuasa”.
Adapun berlebihan dalam bergaul adalah penyakit yang berbahaya. Ia menghilangkan nikmat dan menebar permusuhan, serta menanamkan kedengkian yang dasyat, maka dari itu seorang yang hatinya sehat tidak pantas bergaul dengan mereka yang hatinya mati, agar terhindar dari banyak kerugian.
Sementara itu banyak memandang dengan mata menimbulkan anggapan indah dengan apa yang dipandang dan bertaut pada hati yang memandang, kepada objek yang dipandang.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya
“pandangan itu adalah panah beracun iblis. Barang siapa menundukan pandangannya karena Allah SWT, Dia akan berikan kepadanya kenikmatan dalam hatinya yang akan ia rasakan sampai bertemu dengan-Nya.”
Para pakar akhlak bertutur, “Antara mata dan hati ada kaitan eratnya. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hatipun rusak dan hancur. Hati yang seperti ini di ibaratkan tempat sampah yang berisikan segala najis , dan sisa-sisa kotoran yang menjijikan.”
Salah seorang sholeh berkata, “Barang siapa mengisi lahirnya dengan mengikuti sunnah, mengisi batinnya dengan selalu bermuraqabah, menjaga pandangan nya dari hal-hal yang diharamkan, menjaga dirinya dari syubhat dan hanya memakan yang halal, firasatnya tidak akn keliru.”
Dengan demikian barangsiapa menginginkan keselamatan dan kehidupan bagi hatinya, hendaklah ia membersihkan hatinya dari pengaruh racun-racun itu. Kemudian menjaganya jangan sampai ada racun lain yang mengotorinya.
Adapun, jika tanpa sengaja ia mengambil salah satunya, ia harus bersegera untuk membuangnya dengan menghapus pengaruh dengan cara bertaubat, beristigfar,, dan mengerjakan amal shalih.
Komentar
09 Aug 2023 - 08:13
Kalau sih sekadar saran, kalau menulis Allah itu jangan pakai SWT, tapi pakai saja Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu pula Rasulullah, jangan SAW, tapi Shallallahu Alaihi Wasallam. Soalnya, ini menyangkut adab dan memang begitulah penyebutannya toh? Masa mau disingkat-singkat?