sumber: unsplash
Likes
Perusahaan ride-hailing Amerika Serikat ini awalnya menawarkan saham ke publik di angka US$45 per lembar. Namun harga tersebut turun lebih dari 7 persen di hari yang sama. Penawaran ditutup saat harga menjadi US$41,57 per lembar.
Hal ini tentu saja sangat tidak biasa untuk penawaran yang biasanya sudah dikalibrasi dengan hati hati. Beberapa orang berpendapat bahwa masalah Uber pada hari Jumat bulan Mei itu tidak ada hubungannya dengan Uber secara khusus.
Perusahaan gabungan dari S&P 500 memang mengalami minggu yang berat di tahun 2019 di tengah ketegangan perdagangan AS-China. Perusahaan kompetitor seperti GrubHub dan Lyft semuanya jatuh dalam perdagangan hari itu.
Walaupun begitu, tetap saja IPO Uber bisa dibilang cukup sukses dengan berhasil mengumpulkan US$8.1 miliar. Uber merupakan perusahaan di bidang ride hailing atau transportasi online dari Amerika Serikat yang didirikan tahun 2009
Kapitalisasi pasar Uber saat penjualan saham perdananya mencapai US$82,4 miliar. Dengan kapitalisasi saat IPO sebesar itu, Uber menjadi perusahaan teknologi kedua terbesar setelah Facebook.
Saham Uber yang ditawarkan pada angka USD 45 pun termasuk ada di batas bawah, karena sebelumnya diproyeksikan antara USD 44 hingga USD 50 per lembar. Sedangkan jumlah saham yang dijual sebanyak 180 juta saham biasa.
Berkaca dari Kesalahan Lyft
Lyft adalah perusahaan teknologi penyedia layanan tansportasi online yang menjadi saingan sengit di AS. Saham Lyft laris saat IPO dengan harga di batas atas, namun anjlok seketika di hari pertama penawaran saham.
Operasional Perusahaan
Di tengah langkah besar masuk bursa saham, ribuan mitra pengemudi di berbagai negara berunjuk rasa. Mereka merasa patokan tarif yang diberlakukan terlalu rendah dan mereka menuntuk kenaikan.
Baca Juga: Pesaing ByteDance, Kuaishou Technology Lagi Incar Dana US$5,4 Miliar dan Bakal Jadi IPO Terbesar Setelah Uber?
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.