Apa Itu Toxic Positivity dan Bagaimana Cara Menghindarinya?

Apa Itu Toxic Positivity dan Bagaimana Cara Menghindarinya? Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Apa Itu Toxic Positivity dan Bagaimana Cara Menghindarinya? Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Like

Mungkin, istilah toxic positivity sudah tidak asing terdengar di telingamu kan, Be-emers? Toxic positivity merupakan obsesi terhadap pemikiran positif.

Karakter toxic positivity ini meyakini bahwa semua orang harus memberikan dorongan positif terhadap semua pengalaman, termasuk hal yang terkadang buruk dan juga tragis. Toxic positivity dapat membungkam emosi negatif, merasakan kesedihan, dan membuat orang merasa tertekan saat berpura-pura bahagia padahal di dalam jiwanya sedang berjuang.

Banyak orang yang juga tidak sadar telah bersikap toxic kepada dirinya sendiri. Misalnya, seseorang mungkin berusaha tampil bahagia sepanjang waktu dengan menyajikan segala sesuatunya secara positif.

Di sisi lain, hal itu juga bisa menjadi tekanan eksternal, seperti ketika kamu memberi tahu seseorang yang sedang berduka untuk move on atau mencari sisi positif dari rasa kehilangannya. Terasa sakit, bukan?

Toxic positivity cenderung memaksakan bahwa solusi untuk setiap masalah adalah pemikiran positif dan menuntut agar seseorang menghindari pikiran negatif atau mengekspresikan emosi negatif.


Penelitian seputar pikiran positif umumnya berfokus pada manfaat memiliki rasa optimis ketika mengalami masalah. Namun sebaliknya, toxic positivity menuntut kepositifan dari orang-orang terlepas dari tantangan yang mereka hadapi.

Hal tersebut berpotensi membungkam emosi mereka dan menghalangi mereka untuk mencari dukungan sosial.
 

Contoh Toxic Positivity

Umumnya, toxic positivity muncul melalui statement yang diucapkan atau dituliskan. Terdapat beberapa hal yang menjadi tanda bahwa seseorang sedang masuk ke dalam lingkaran toxic positivity, yaitu:
  1. Mendesak seseorang untuk fokus pada aspek positif dari rasa kehilangan yang menghancurkan.
  2. Memberitahu seseorang untuk melupakan kesedihan atau penderitaan mereka dan hanya fokus pada hal-hal baik dalam hidup.
  3. Mendukung kebiasaan buruk seseorang dengan dalih “self-love” dan “apa adanya”.
  4. Berusaha menepis kekhawatiran seseorang dengan kata “masih mending”.
  5. Menyembunyikan perasaan sesungguhnya dan menyingkirkan emosi.
  6. Merasa bersalah terhadap perasaan sedih atau emosi negatif lainnya.
  7. Cenderung menghindari dan membiarkan masalah yang terjadi.
 

Cara Menghindari Toxic Positivity

Ada beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk menjauhkan diri dari toxic positivity ataupun menjadi sumber dari sikap toxic positivity tersebut, di antaranya:
 

1. Jangan Ragu untuk Merasakan dan Mengelola Emosi Negatif

Emosi negatif adalah hal yang wajar dan normal dirasakan oleh manusia. Jangan takut untuk meluapkan perasaanmu dengan bercerita kepada orang yang dipercaya atau kamu bisa menuliskannya ke dalam sebuah jurnal.
 

2. Pahami, Jangan Hakimi

Berbagai trigger atau pemicu bisa menimbulkan emosi negatif bagi dirimu ataupun orang lain, seperti stress pekerjaan, keluarga, pasangan, finansial, hingga penyakit mental tertentu.

Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam meluapkan emosi. Jika hal tersebut terjadi padamu atau orang lain, jangan hakimi apa yang mereka rasakan dan cobalah berempati.
 

3. Jangan Membanding-Bandingkan Masalah

Kemampuan manusia dalam menghadapi masalah itu berbeda-beda lho, Be-emers. Jangan sampai kamu merasa bahwa masalah yang dihadapi orang lain adalah hal mudah dan malah menghakimi ketidakmampuannya untuk menghadapi masalah tersebut.
 

4. Jauhkan Diri dari Media Sosial

Sudah bukan menjadi rumor lagi bahwa media sosial berperan besar terhadap toxic positivity. Ketika kamu merasa terganggu, kurangi intensitas penggunaan media sosial-mu, atau bahkan berhenti sejenak.

Dengan berhenti bermedia sosial, kamu bisa menyingkirkan pikiran negatif dari orang-orang yang bisa memprovokasi kondisi emosionalmu.

Kalau kata serial drama Korea, “It’s Okay to Not Be Okay”, Be-emers. Artinya, ketika kamu sedang merasa tidak baik-baik saja, hal itu merupakan hal yang normal dan bukanlah sebuah kesalahan.