Kisah Colin Huang, Pendiri Pinduoduo yang Sempat Salip Kekayaan Jack Ma

Pendiri Pinduoduo Colin Huang - Bloomberg

Pendiri Pinduoduo Colin Huang - Bloomberg

Like

Pinduoduo adalah e-Commerce yang baru berdiri pada medio 2015 tapi sudah memiliki pertumbuhan pesat hingga menjadi ancaman utama bagi eksistensi Tmall milik Alibaba dan JD.com di sektor e-Commerce China.

Nah, awal Juli 2020 ini Pindoduo kembali jadi perbincangan hangat karena sang pendiri yakni Colin Huang mundur dari posisinya sebagai CEO.

Padahal, Forbes Real-Time Billionaire Index pada 21 Juni 2020 baru saja melaporkan bahwa total kekayaan Huang melampaui founder Alibaba Jack Ma yang semula berada di posisi orang terkaya kedua di China.

Kekayaan sang pendiri Pinduoduo waktu itu tercatat mencapai US$45,4 miliar dibandingkan dengan milik Jack Ma senilai US$43,9 miliar. Nilai kekayaan Huang hanya kalah dari pendiri Tencent Ma Huateng senilai US$51,5 miliar.

Huang tidak hanya mundur dari posisi CEO. Namun, dia juga mengurangi kepemilikan sahamnya di Pinduoduo dari 43,3 persen menjadi 29,4 persen.


Pengurangan kepemilikan saham tersebut digunakan untuk berbagai inisiasi Huang. Misalnya, mentransfer 7,74 persen sahamnya di Pinduoduo ke Pinduoduo Partnership untuk mendukung penelitian sains, CSR, dan insentif kepada manajemen masa depan.

Selain itu, Huang bersama tim pendiri Pinduoduo lainnya juga menyumbang 2,37 persen saham kepada Starry Night Charitable Trust yang merupakan suatu yayasan amal untuk kegiatan CSR dan penelitian ilmiah.

Sejumlah rangkaian informasi ini yang membuat angka kekayaan Colin Huang menjadi US$43,2 miliar atau sejajar dengan Jack Ma per 1 Juli 2020.

Asal tahu saja, aksi mundurnya Huang mengingatkan publik pada tindakan yang dilakukan Jack Ma terlebih dahulu saat mundur dari Alibaba pada 10 Semptember 2019.

Struktur Manajemen Pinduoduo

Posisi CEO yang ditinggalkan Huang kini diisi oleh Co-Founder Pinduoduo yakni Chen Lei yang sebelumnya menempati posisi CTO perusahaan.

Tidak hanya itu, Pinduoduo juga menunjuk Zhu Jinachong sebagai Penasihat Umum dan Ma Jing sebagai Wakil Presiden Keuangan.

Terkait hal ini, Huang berharap perubahan manajemen Pindouduo dapat secara bertahap menyerahkan lebih banyak tugas dan tanggung jawab manajerial kepada kolega muda.

Selain itu, juga memberi ruang dan peluang bagi tim untuk tumbuh dan mendorong Pinduoduo menjadi perusahaan yang lebih dewasa dengan semangat kewirausahaan yang berkelanjutan.

Meski sudah tidak menjadi CEO, Huang tetap punya pengaruh besar di Pinduoduo. Dia masih memegang hak suara mayoritas di Pinduoduo walau persentasenya berkurang dari 88,4 persen menjadi 80,7 persen.

Dalam informasi yang dibagikan di situs perusahaan, Huang mengatakan akan mendedikasikan lebih banyak waktu untuk bekerja dengan dewan direksi guna merumuskan strategi jangka menengah dan panjang, serta meningkatkan struktur perusahaan.

Lantas, kemudian mungkin akan muncul pertanyaan, "Memang ada apa sih, kok sampai harus ganti CEO segala?"

Nah, kalau menurut kaca mata Technode, Pinduoduo itu terjebak dalam apa yang dinamakan mode tata kelola startup.

Padahal, kondisinya saat ini sedang terjadi pengawasan intensif terhadap sejumlah perusahaan teknologi China yang melantai di bursa Amerika Serikat (AS).

Manuver Pinduoduo dengan mengganti CEO dan menunjuk dua orang lainnya dinilai sebagai upaya untuk mengatasi kelemahan tata kelola perusahaan.

Coba dengar saja pernyataan CEO baru Pinduoduo kepada Technode berikut ini.

"Pembagian kerja ini akan membantu kami mengerahkan perusahaan pada fase pertumbuhan dan pengembangan selanjutnya. Seiring perkembangan perusahaan, struktur perusahaan dan struktur manajemen juga harus berevolusi dan mengikuti perkembangan," demikian kata Chen Lei.
 

Perjalanan Hidup Founder Pinduoduo

Kita kembali ke kisah Huang dengan Pinduoduo saja ya. Hehehe.

Sukses menjadi orang terkaya kedua di China bersama Pinduoduo, ternyata Colin Huang lahir dari orangtua buruh pabrik di pinggiran Hangzhou, Provinsi Zhejiang, bagian timur China.

Pria kelahiran 1 Januari 1980 itu awalnya sekolah di SD biasa. Namun, setelah memenangkan hadiah dalam olimpiade matematika, gurunya meminta untuk ikut tes penerimaaan Sekolah Bahasa Asing Hangzhou (HFLS). Huang pun berhasil lolos dan belajar di HFLS. 

Menginjak usia 18 tahun, Huang melanjutkan studi dengan menimba ilmu komputer di Universitas Zhejiang. Dia kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya ke Universitas Winconsin-Madison di AS.

Huang sebenarnya sempat magang di Microsoft. Namun, dia memutuskan bekerja untuk Google setelah memperoleh gelar master dalam ilmu komputer pada 2004.

dia mengawali karir sebagai insinyur perangkat lunak di kantor pusat Google sebagai insinyur perangkat lunak. Seiring berjalannya waktu, posisinya kemudian naik menjadi manajer proyek.

Pada 2006, Huang pindah ke China dan menjadi bagian dari tim yang mendirikan Google China. Barulah setelah memperoleh basic financial freedom di Google, dia memutuskan keluar pada 2007 untuk memulai rencananya sendiri.
 

Jalan Berliku Colin Huang hingga Sukses Bersama Pinduoduo

Perusahaan pertama yang didirikan Huang adalah Ouku pada 2007. Perusahaan di bidang e-Commerce tersebut menjual barang-barang elektronik dan peralatan rumah tangga.

Huang kemudian menjual Ouku pada 2010 dan merintis Leqi yang membantu sejumlah perusahaan asing memasarkan produk mereka di toko online China seperti Tmall dan JD.com.

Setahun berikutnya, dia terlibat dalam Xinyoudi Studio yang mengembakan dan mengoperasikan game online pada 2011.

Sayang, kiprah Huang di industru digital China harus terhenti ketika mengalami infeksi telinga. Dia bahkan memutuskan pensiun pada 2013. Padahal, usinya waktu itu baru 33 tahun.

Namun, kejadian itu tidak membuat Huang patah arang. Setelah sembuh, dia mulai mengembangkan ide tentang Pinduoduo yang sebagiannya hasil dari mempelajari model bisnis Alibaba dan Tencent. Lalu, muncul istilah gamifikasi belanja online.

Dengan konsep bisnis tersebut, Pinduoduo berhasil mengumpulkan dana sebesar US$8 juta dari sekolompok investor yang dipimpin Banyan Capital Partners pada 1 September 2015.

Pada 20 Juli 2016, Pinduoduo sukses meraih pendanaan senilai US$110 juta. Suntikan modal segar tersebut memberikan sumber daya tambahan untuk menarik lebih banyak pedagang dan pembeli ke Pinduoduo.

Dinilai sebagai social e-Commerce dengan pertumbuhan tercepat di China, Pinduoduo resmi melantai di bursa saham Nasdaq AS dengan harga penawaran US$19 per lembar pada 27 Juli 2018.


Kinerja Pinduoduo

Sebagai gambaran awal, rata-rata pengguna aktif bulanan Pinduoduo pada kuartal I/2020 adalah 487,4 juta pengguna. Angka tersebut naik hingga 68,24 persen dibandingkan pada kuartal I/2019 sebanyak 289,7 juta pengguna.

Pembelian aktif dalam periode 12 bulan yang berakhir 31 Maret 2020 pun juga naik 41,68 persen menjadi 628,1 juta.

Hal itu membuat total nilai penjualan atau GMV dalam periode 12 bulan yang berakhir pada 31 Maret 2020 meroket hingga 96,63 persen menjadi US$163,4 miliar. Padahal, GMV Pinduoduo dalam periode yang sama pada 2019 baru mencapai US$83,1 miliar.

Meski pandemi Covid-19 menjangkiti ekonomi China pada kuartal pertama 2020, Pinduoduo tetap mampu membukukan pendapatan sebesar US$923,77 juta atau naik 36,39 persen dibanding kuartal I/2019 senilai US$677,25 juta.

Memang sih, pada kenyataannya Pinduoduo masih mencatatkan rugi bersih dan naik 107,92 persen pada kuartal I/2020 menjadi US$581,76 juta dibanding periode sebelumnya senilai US$279,78 juta.
 

Bagaimana Cara Pinduoduo Bisa Sukses?

Suksesnya Pinduoduo bisa dibilang karena mampu melihat peluang dari ruang kosong yang ditinggalkan oleh Alibaba dan JD.com.

Pada 2015, Taobao yang dimiliki Alibaba meningkatkan tindakan keras terhadap barang-baran tiruan. Sementara JD.com pada tahun yang sama menutup situs e-Commerce C2C Paipai.

Kondisi ini lantas membuat banyak penjual ritel online terasing karena tidak memiliki portal untuk menjual barang-barang mereka.

Sementara itu, warganet China yang tinggal di kota-kota kecil dan daerah perdesaan secara perlahan mulai menghabiskan lebih banyak waktu online daripada sebelumnya.

Kondisi ini timbul seiring dengan murahnya harga smartphone dan cukup meratanya jaringan 4G di China. Meski begitu, warganet China dari kalangan ini masih sangat sensitif terhadap harga dan kurang sadar merek.

Melihat beberapa kondisi di atas, Pinduoduo lantas hadir untuk menyediakan kanal bagi pedagang dan pembeli dengan preferensi di atas.

Pinduoduo dapat mencuri perhatian karena harga barang yang dijual bisa lebih murah bila calon pembeli membagikan tautan minimal ke dua orang lainnya.

Selain itu, Pinduoduo juga menjanjikan mengirim barang dagangan secara gratis kepada semua pengguna dan membagikan uang tunai kepada mereka yang login setiap hari.

Sebagai contoh, pengguna yang rutin menyiram pohon mangga virtual saat mereka berbelanja di aplikasi Pinduoduo akan mendapat mangga secara gratis.

Dengan model bisnis tersebut, seiring berjalannya waktu Pinduoduo dikenal sebagai platform e-Commerce yang menawarkan pembelian secara berkelompok untuk mendapatkan diskon. 

Nah, belajar sekilas dari perjalanan Colin Huang yang menemukan celah kesuksesan bersama Pinduoduo, rasanya Be-emers pun juga bisa seperti itu. Asalkan jeli dalam melihat peluang.