(Foto: pexels-engin-akyurt)
Likes
Siapa masih bingung dengan apa arti bisnis “autopilot”? Definisi dari bisnis autopilot adalah bisnis yang dirancang agar dapat berjalan secara otomatis atau mandiri. Sehingga, memungkinkan pemiliki bisnis untuk lebih fokus kepada pengembangan bisnis.
Jika mengacu kepada kata "autopilot", analoginya seperti mobil dengan sistem mampu mengendalikan kendaraan secara otomatis.
Sistem autopilot secara otomatis mengambil alih kemudi dari pengemudi sehingga mobil akan melaju dengan sendirinya tanpa dikendalikan oleh pengemudi.
BIsnis autopilot yang sedang tren dan sangat disukai serta jadi target anak muda sebagai pemilik modal adalah fanchise.
Pemilik modal hanya tinggal membeli brand ternama dari para pemilik usaha atau franchisor, tinggal duduk diam layaknya mobil autopilot.
Setiap bulannya, pemilik modal itu tinggal menerima laporan keuangan dan melihat kerja karyawannya yang terlihat baik-baik saja.
Namun, apakah benar jika anggapan para milineal bahwa bisnis autopilot sangat menggiurkan? Hanya tanam modal, semuanya bisa berjalan lancar tanpa pengawasan, karena pemilik modal sudah beli brand ternama?
Kenapa Milenial Suka Bisnis Autopilot?
Kita mulai dulu dengan motivasi mengapa anak muda lebih suka bisnis franchise. Mereka berpikir bahwa dengan model bisnis seperti ini tidak perlu memulai usaha pemasaran dari nol.
Apalagi tidak perlu terlalu bersusah payah untuk mendapatkan konsumen yang belum mengenal produk kita. Untuk produk baru, pasti kita harus mengetahui kebutuhan warga agar banyak pelanggan.
Sebaliknya jika kita sudah beli bisnis franchise, konsumen pasti sudah mengenal baik itu dari segi rasa, penampilan dan harga (jika bisnis yang dipilih bidang makanan).
Pemikiran lain dari anak muda adalah dari segi modal. Mereka mencari yang bisa cepat balik modal dan menghasilkan keuntungan. Tapi tunggu ya, itu semua hanya pemikiran dari anak muda yang punya modal.
Bagaimana dengan konsep auto pilot itu? Bisnis franchise atau waralaba adalah model bisnis dimana pemilik bisnis memberikan hak penggunaan merek dagang, sistem operasi dan dukungan kepada pihak lain disebut dengan “franchise” untuk menjalankan bisnis dengan menggunakan merek dagangnya.
Dalam praktiknya pemilik bisnis akan membuat kontrak kepada pemilik modal. Kontraknya tentang harga beli franchise, jangka waktu, bagaimana cara operasional, renovasi, daya tambah listrik, peralatan, lokasi tempat usaha dan lain-lainnya.
Untuk bagi hasil juga ditetapkan berapa keuntungan yang harus dibagi tiap bulan atau tahun.
Jika diteliti lebih cermat, apa sih keuntungan bagi anak muda yang punya modal beli franchise ini?
Contohnya apabila kita membeli franchise Indomaret. Estimasi omset penjualan setiap hari: Rp10 juta, sebulan berarti 10 x 30 = 30 juta. Harga pokok barang = 85 persen.
Keuntungan kotor Rp1,5 juta per hari x 30 = Rp45 juta per bulan (belum dikurangi biaya untuk gaji pegawai).
Disamping itu ada kerugian yang perlu diperhatikan terutama dalam bidang kontrak, yang pasti ada pembatasan pemaran (misalnya ingin menjual produk tambahan lain).
Banyak yang tidak mau repot dengan riset pasar, rugi, dan laba. Mereka lebih baik menggunakan waktu untuk kegiatan lainnya. Hal yang terpenting mereka mendapatkan laporan laba rugi setiap bulannya.
Padahal di lapangan realitanya tidak demikian. Pasti ada saja kendala misalnya perizinan, biaya karyawan terus naik, persaingan, harga sewa naik, pajak penghasilan, dan permasalahan lainnya.
Jangan buat bisnis “asal jadi”
Anak muda jangan sekali-kali pernah berpikir, asal berbisnis asal jadi. Hal ini tak bisa dilumrahkan dalam bisnis apa pun.
Sebagai pebisnis pemula, tidak boleh terkesima dengan konsep atau skema model autopilot tersebut. Sebaiknya pebisnis harus terjun langsung baik secara operasional maupun pemasaran sehingga seluk beluk dunia bisnis yang ditekuninya itu tak merugi pada akhirnya.
Mengatur Skema bisnis dengan tegas
Dalam franchise skema bisnis sebaiknya diatur proposi keuntungan dengan tegas. Bagi pemilik modal yang sudah mendapatkan biaya franchise dan mendapatkan bagian keuntungan lagi itu sangat tidak adil.
Sebaiknya bicarakan lagi bahwa pengaturan keuntungan antara franchisor dan franchise itu tidak merugikan bagi franchise.
Direkomendasikan bahwa proporsi keuntungan lebih besar diterima oleh franchise ketika bisnis berjalan. Sementara pemiliki mereka akan mendapatkan keuntungan makin kecil seiring berjalan waktu, bahkan pada titik tertentu tidak ada bagi hasil.
Pertimbangannya adalah semua kerugian yang terjadi akan ditanggung oleh pihak franchise.
Punya opini atau artikel untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.
Komentar
29 May 2024 - 17:33
Mantap
15 Sep 2023 - 16:05
Kereennn