pexels-eduarto-soares
Likes
Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023, Jokowi menatakan bahwa beliau mendengar keluahan dari beberapa pengusaha sulitnya perekonomian dan mereka merasakan peredaran uang di sektor riil itu dianggap “kering”.
Merespon keluhan beberapa pengusaha itu , Jokowo selanjutnya mengatakan kepada phak perbankan bahwa perbankan lebih memilih menjual investasi beberapa instrumen yang dikeluarkan oleh negara seperti Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), juga Sekuritas Berharga untuk Pembiayaan Inklusif (SPBI).
Sinyalir “uang kering” oleh Jokowi merujuk kepada perbankan yang menggunakan likuidatas untuk membeli SBND, SRBI atau SPBI, sehingga likuiditas untuk sektor riil jadi berkurang.
Tanggapan dari para bankir
Dari Nixon L.P. Napitupulu, Direktur Utama PT.Bank Tabungan negara menyatakan bahwa bank pemerintah ini tidak memiliki portofolio dari tiga instrument tersebut.
Penyaluran kredit BTN telah bertumbuh mencapai 10%-12% . BTN didukung oleh Bank Indonesia untuk menambah likuiditas makroprudensial untuk mendorong kredit sektor prioritas. Sektor prioritas ini sedang tren karena adanya stimulus baik dari pemerintah misalnya bebas pajak pertambahan nilai hingga Rp.2 milliar. BTN selalu membangun perumahan di bawah Rp.1 milliar.
Bob Tyasika Ananta, Wakil Direktur Utama dari Bank Syariah Indonesia Tbk. (BIS) kebijakan dari Kemenkeu dan BI menerbitkan instrumen untuk menjaga likuiditas di pasar.
BSI telah menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 16% tahun 2024. Dikatakan lebih lanjut oleh bank Syariah yang lainnya seperti Bank Muamalat mengatakan tidak ada portofofolio di SBN, SRBI, SVBI. Bank Muamalamt tetap focus dalam pembiayaan tahun 2024 dengan target 25-30%.
Lebih lanjut Taswin Zakaria , Presiden Direktor PT.Bank Maybank Indonesia juga mengatakan bahwa focus mereka bukan untuk membeli SBN,SRBI, SVBI karena likuiditas dibutuhkan untuk pertumbuhan kredit. Pertumbuhan kredit di Maybank ditargetkan sebesar 10-12% tahun 2024.
Likuiditas Penentu Bunga
Potensi kenaikan suku bunga kredit membayangi tahun 2024. Paska Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga acuan BI Seven Daya Reerse Repo Rate sebesar 25 bps, akhir tahun ini, bunga simpanan akan naik diikut peningkatan bunga kredit.
Suku bunga kredit dipengaruh oleh likuditas dan target kinderja setiap bank.
Apabila Bank Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga hingga semester kedua, banyak perbankan akan mereview kembali suku bunga dasar kredit. Jika cost of fund turun, pasti mereka (perbankan) akan bergerak menurunkan suku bunga kredit.
Tetapi untuk produk pensiunan dengna sumber pembayaran angsuran dari gaji pensiun, menurut Bank Mandiri Taspen, bunga kredit berlaku “fix rate” dan tidak terpengaruh tren peningkatan acuan BI.
Bunga deposito akan volatile sesuai dengan likuiditas yang semakin ketat dan ikut tren suku bunga acuan BI.
BRI juga mengatakan bahwa suku bunga kredit tinggi tidak mempengaruhi proyeksi kredit karena rasio LDR pada bulan September 2023 berada di level yang aman, sekitar 88%.
Tantangan perbankan dalam segi likuiditas
Meskipun hampir semua perbankan mengatakan kecukupan dalam likuiditas untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan penyaluran kredit, tapia da tantangan berat yaitu bunga tinggi dan pengetatan likuiditas.
Tapi mereka harus selektif dalam memilih segemen usaha dari nasabaha, ada yang berfokus kepada KUR (KRedit usaha rakyat) ada focus kepada electricity, gas,water, bisnis jasa, manufaktur, retail banking .
Selalu mengedepankan rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) artinya semakin tinggi LDR bank, semakin ketat likuditasnya. Sebaliknya semakin kecil LDR, semakin longgar likuiditas bank.
Hampir semua bank mengakui bahwa mereka punya proyejeksi pertumbuhan kredit antara 9-10% tetapi menjaga agar ratio kredit bermasalah(non performaing loan-NPL) harus dijaga .
Semoga tantangan perbankan di tahun 2024 untuk menjaga likuiditas , suku bunga kredit tetap stabil dan tidak bergejolak karena masalah dome
Komentar
02 Feb 2024 - 14:52
kereen selalu artikel nya