Ilustrasi Yakiniku (Foto: Freepik)
Likes
Pandemi Covid-19 ditambah lagi dengan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah sukses membuat pelaku usaha kuliner tiarap.
Bahkan, tak sedikit di antaranya yang terpaksa gulung tikar. Beberapa yang berhasil mempertahankan usahanya memutuskan untuk mengambil langkah ekstrem seperti menutup beberapa cabangnya hingga merumahkan pekerjanya.
Seperti yang dilakukan oleh CEO dan Founder Hachi Group Githa Nafeeza, dirinya mengaku terpaksa merumahkan sebagian pekerjanya untuk mempertahankan 11 cabang Shabu Hachi miliknya. Selain itu, gaji beberapa pekerjanya yang masih dipertahankan mau tidak mau harus ditunda.
"Dari tanggal 22 Maret 2020 tutup 11 outlet kita, ingin bantu pemerintah hentikan Covid-19. Kita bantu pemerintah tapi keuangan kita nggak ada yang bantu. Hampir empat bulan keuangan minus, tapi tagihan air dan listrik tetap kena minimal pembayaran ratusan juta," katanya dalam acara Playfest Series pada Minggu (26/7/2020) malam yang digelar secara daring oleh Narasi TV.
Lebih lanjut, perempuan yang sebelumnya dikenal sebagai presenter televisi itu mengatakan saat ini dirinya sudah mempekerjakan kembali sebagian pekerjanya yang sempat dirumahkan. Sejumlah cabang restoran masakan Jepang itu kembali dibuka secara bertahap.
"Tanggal 8 Juli buka tiga cabang, tanggal 17 Juli buka delapan cabang, tanggal 29 Juli buka tiga lagi. Minus atau nggak pendapatannya kita belum tahu. Tapi kapasitas 50 persen dan biaya operasional membengkak karena harus beli alat tambahan seperti thermo gun, hand sanitizer," ungkapnya.
Githa menyebut cabang Shabu Hachi yang sudah dibuka menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat untuk meyakinkan konsumen untuk datang kembali. Tidak hanya sekadar mengurangi kapasitas saja, pihaknya bahkan menyiapkan aturan khusus yang wajib dipatuhi oleh seluruh pekerja tanpa terkecuali.
"Masker harus dipakai dan diganti lima jam sekali, cuci tangan satu jam sekali, setiap jam 15.00 tempat kerja harus dibersihkan disinfeksi, seragam kerja tidak boleh dipakai dari rumah, istirahat harus di tempat khusus," tuturnya.
Adapun, untuk menyiasati menurunnya kedatangan konsumen, Shabu Hachi menyediakan makanan dan minuman siap saji yang bisa dikonsumsi di rumah oleh konsumen. Sebelumnya, restoran tersebut hanya menyediakan makanan dan minuman yang dikonsumsi di tempat saja.
"Kita jualan take away, sekarang ada yakiniku atau daging-daging lain dengan bumbu grillnya bisa dibawa pulang," ujarnya.
Apa yang dirasakan oleh Githa ternyata juga dirasakan oleh Rizky Kinos, Founder kedai makanan dan minuman sehat What The Fit. Dia mengamini bahwa pandemi Covid-19 berhasil membuat pelaku usaha kuliner berskala besar maupun kecil kelabakan.
Walaupun kedainya terpaksa ditutup, dia mengaku tetap harus membayar biaya operasional kepada pengelola salah satu mal di bilangan Senayan, Jakarta.
"Kita bisnis keluarga di mal sekarang ya belum buka. Kita tetap kena biaya maintenance walaupun pemasukan nggak ada. Itu kita yang kecil ya, gimana yang besar coba," katanya.
Seiring dengan pelonggaran PSBB, suami dari aktris Nycta Gina itu mengatakan bahwa sebagian penyewa di mal tempat What The Fit bernaung sudah dibuka. Namun, konsumen yang datang jumlahnya masih bisa dihitung jari setiap harinya.
"Saya bergabung di grup penyewa di mal itu, mereka yang gede aja kedatangan satu konsumen senangnya bukan main. Ya tapi wajar masih sepi karena memang masih ada kekhawatiran masyarakat karena pandemi ini juga belum berakhirkan," ungkapnya.
Demikian halnya dengan dirinya dan istri yang mengaku hingga saat ini masih ragu-ragu untuk makan di restoran mengajak anak-anaknya seperti sebelumnya setiap akhir pekan. Oleh karena itu, dia memaklumi kondisi tersebut dan tak mau berharap banyak sampai dengan pandemi Covid-19 benar-benar berakhir.
Komentar
13 May 2024 - 14:00
MasyaAllah tabarakallah