Taksi Blue Bird, Berawal dari Harapan dan Kebahagiaan untuk Pelanggannya

sumber: bisnis.com

sumber: bisnis.com

Like

Bisnis jasa transportasi merupakan salah satu peluang bisnis yang menguntungkan, apalagi di daerah ibu kota yang memiliki akivitas padat sehingga menuntut mobilitas yang tinggi.

Taksi menjadi salah satu transportasi yang juga telah menjadi bagian gaya hidup masyarakat. Jika di New York kita mengenal Yellow Taxi atau di London ada Black Cab, di Indonesia banyak yang mengenal taksi Blue Bird.

Peluang ini telah diamati oleh pendiri dari taksi Blue Bird yang semasa hidupnya pernah menjadi seorang ibu tunggal, yaitu Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono.

Blue Bird sudah akrab menjadi salah satu transportasi umum yang dipakai oleh berbagai kalangan. Pelayanannya yang cepat tanggap serta pemesanannya yang mudah diakses membuat taksi ini menjadi favoritnya masyarakat.

Dibalik kesuksesannya, semasa hidupnya ia ternyata memiliki kisah tersendiri dibalik kesuksesan merintis taksi Blue Bird dahulu. Kisahnya ini sudah diabadikan dalam buku yang telah diterbitkan yang berjudul Sang Burung Biru pada tahun 2013 lalu.


Bagi kamu yang belum sempat membaca atau bahkan belum mengetahui lika-liku terbentuknya taksi Blue Bird, berikut sedikit kisah yang mungkin bisa menginspirasimu.
 

Kehidupan yang penuh dengan dinamika

Dikutip dari Orisinil Indonesia, Sejak umur 5 tahun, perempuan yang akrab dipanggil Ibu Djoko ini pernah mengalami kebangkrutan dalam keluarganya. Kehidupannya menjadi banyak berubah drastis. Walau demikian, selama menjalani hidupnya, ia selalu menjalaninya penuh kebahagiaan.

Semangat hidupnya ini menggiring Ibu Djoko untuk melanjutkan Pendidikan hingga berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Bahkan, setelah menikah dengan suaminya, yang merupakan pejabat tinggi, ia tetap giat menjajakan bisnisnya secara mandiri.

Berawal dari bisnis kain batik yang ternyata tidak terlalu menguntungkan, Bu Djoko beralih berbisnis telur yang ternyata menghasilkan kuntungan besar karena pada saat dahulu telur masih dinilai sebagai makanan mewah.

Akan tetapi roda kehidupan kembali berputar, suami Ibu Djoko wafat. Kepulangan suami kesayangannya tersebut meninggalkan dua mobil bekas yang diwariskan untuk keluarganya, yaitu mobil sedan Opel dan Mercedes.
 

Merintis taksi bermodalkan mobil pribadi

Dengan memanfaatkan mobil peninggalan suaminya, Ibu Djoko mulai merancang ide untuk membuat taksi. Melalui harapannya agar taksi ini dapat dicintai oleh penumpangnya, Ibu Djoko dibantu anak-anaknya memulai bisnis taksinya dengan menggunakan telepon pribadi sebagai sarana pemesanan.

Awal jalannya taksi ini memang tidak mudah. Izin resmi sulit didapatkan dan terus ditolak pada awal pembentukan sehinga pemasarannya pun masih lewat pelanggan setianya.

Hingga akhirnya enam tahun kemudian, Ibu Djoko berhasil mendapatkan izin dari wali kota Jakarta setelah mengumpulkan bantuan suara dari sesama para istri pahlawan negara.

Sukses mendapatkan izin, Ibu Djoko kemudian memberikan taksinya dnegan nama Blue Bird yang diambil dari salah satu kisah legendaris kesukaannya, yaitu "The Bird of Hapiness” atau “Kisah Burung Biru”.

Hingga kini  taksi Blue Bird telah memiliki lebih dari 20.000 unit armada dan ada lebih dari 30.000 karyawan yang tersebar di berbagai kantor pusat maupun cabang. Dalam sebulan taksi ini bisa mengangkut 9 juta penumpang dari berbagai kota.

Blue Bird pun kini telah memiliki banyak anak perusahaan yang melayani berbagai macam jasa transpirtasi sesuai kebutuhan, antara lain taksi Pusaka, Silver Bird Executive Taxi, Golden Bird Car Rental, Iron Bird Logistic, dan Big Bird Bus.