Pengin Rebranding Produk Kamu? Ini Hal yang Mesti Kamu Perhatikan Terlebih Dahulu!

Rebranding sebuah produk memerlukan persiapan yang matang. Tujuannya supaya kamu tidak kehilangan customer (Foto.Freepik.com)

Rebranding sebuah produk memerlukan persiapan yang matang. Tujuannya supaya kamu tidak kehilangan customer (Foto.Freepik.com)

Like

RebrBisnis yang baik adalah bisnis yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan terbaru target audience. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

Satu di antara banyak cara tersebut adalah dengan melakukan social listening. Apa itu social listening?. Didapatkan dari Glints, social listening adalah kegiatan mendengarkan keinginan dan kebutuhan target audience, terutama melalui channel media sosial yang dimiliki.

Hampir semua brand ternama di dunia, menggunakan strategi ini. Tidak terkecuali dengan Google. Wajar jika kita selalu menemukan iklan yang sesuai dengan kebutuhan dan trend terbaru yang baru baru ini kita ikuti.

Ini adalah salah satu manfaat besar dari social listening. Di mana social listening menjadikan strategi content marketing yang dijalankan dapat dipersonalisasi dengan baik sesuai dengan target audience tertentu.

Social listening memudahkan kita untuk menjangkau buyer persona terbaik. Tidak hanya itu saja, social listening juga memudahkan kita memahami brand perception target audience. Brand perception sendiri menurut Neil Patel adalah cara target audience mengingat atau berinteraksi dengan brand tertentu.


Memahami brand perception akan memudahkan kamu menemukan strategi komunikasi bisnis yang efektif, sesuai dengan apa yang target audience ketahui tentang brand kamu.

Tidak jarang juga, social listening yang dilakukan ini mengantarkan pebisnis untuk melakukan strategi marketing brilian lainnya. Salah satunya adalah rebranding. Apa itu rebranding?. Mimin akan menjelaskannya lengkap di dalam artikel ini, jadi simak baik-baik ya!.

Baca Juga: Banyak Brand dalam Satu Perusahaan? Ini Strategi Multi Branding!



Apa itu Rebranding?

Rebranding adalah istilah marketing yang terdiri dari 2 kata, yakni Re dan juga Branding. Apabila kita artikan ke bahasa Indonesia, maka artinya menjadi kembali menciptakan brand image.

Secara makna, rebranding adalah upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat mengubah total atau memperbaharui brand yang sudah ada.

Rebranding menjadi strategi marketing yang sering dilakukan oleh brand-brand terutama di masa-masa awal peredarannya, dan juga ketika brand mengalami kondisi yang sulit, seperti terancam bangkrut atau sudah bangkrut.

Rebranding yang dilakukan pada masa-masa seperti itu, ditujukan untuk menghadirkan elemen penyegaran, menjadi api semangat baru untuk pelaku-pelaku bisnis di dalamnya. Selain tentunya memberikan "sensasi" baru pada target audience.

Baca Juga: Meningkatkan Loyalitas Pelanggan dengan Umbrella Branding

 

Kapan Rebranding Dilakukan?

Secara garis besar, rebranding sering dilakukan pada 5 kondisi tertentu. 5 kondisi tertentu tersebut adalah;
  1. Perusahaan ingin menjual produk atau jasa baru.
  2. Pergantian nama brand. Rebranding untuk kondisi ini wajar dilakukan, terlebih lagi jika nama brand lama kurang greget atau tidak mudah diingat oleh target audience. Apalagi kalau nama brand lama ternyata memiliki konotasi yang negatif di tengah masyarakat.
  3. Revitalisasi brand. Ya, rebranding bisa saja dilakukan apabila pebisnis ingin mengubah beberapa elemen penting business plannya. Semisal mengubah target audience dari yang sebelumnya mencakup pasar nasional menjadi pasar internasional.
  4. Revitalisasi identitas brand. Hampir sama dengan sebelumnya, hanya saja perubahan pada elemen-elemen penting business plan tergolong masif.
  5. Terintegrasi dengan mitra atau sedangkan menjalankan strategi bisnis merger. Contohnya seperti GoTo Group, perusahaan baru yang berasal dari gabungan GoJek dan juga Tokopedia.


Mengapa Rebranding itu Perlu Persiapan Matang?

Rebranding adalah strategi marketing paling ampuh digunakan untuk dapat menyita perhatian target audience.

Terlebih lagi jika nama brand sebelumnya sudah sangat melekat di ingatan target audience. Tapi, meskipun ampuh mendatangkan perhatian target audience lebih besar dalam waktu yang singkat, nyatanya rebranding bukanlah strategi marketing yang dapat selalu diandalkan.

Diperlukan perencanaan yang matang sebelum pebisnis memutuskan untuk rebranding.

 

7 Tahapan Rebranding

Kamu perlu memahami beberapa tahapan penting dari rebranding sebelum benar-benar memutuskan untuk menjalankannya atau tidak. Adapun rebranding, didapatkan dari Creativism, terdiri dari 7 tahapan penting. 7 tahapan penting itu adalah;
  1. Menentukan rencana besar.
  2. Mencari alasan kuat untuk branding.
  3. Memahami kondisi perusahaan.
  4. Definisikan kembali value yang ingin dibangun.
  5. Riset pasar.
  6. Social listening.
  7. A/B Testing dan evaluasi.
Jika tidak, maka strategi rebranding yang dilakukan malah akan mengantarkan bisnis mu kepada kegagalan. Contohnya seperti kegagalan rebranding dari 2 brand ternama di bawah ini;

Baca Juga: Setelah 60 Tahun Berkiprah, Nokia Ganti Logo!


Contoh Rebranding yang Gagal

1. GAP

GAP adalah salah satu brand ternama di industri pakaian. Brand ini telah berdiri sejak tahun 1969 dan telah memiliki jaringan pengecer terbesar dari seluruh negara Eropa dan juga Asia. Dari tahun 1990 hingga tahun 2010, GAP konsisten untuk menggunakan logo di bawah ini;
 

Logo GAP Sebelum Diganti

Logo GAP Sebelum Diganti

Tapi di tahun 2010, GAP secara mengejutkan mengganti logo ikonik mereka dengan logo yang baru seperti di bawah ini;
 

Rebranding Logo oleh GAP

Rebranding Logo oleh GAP

Rebranding ini dilakukan sebagai reaksi atas penurunan penjualan produk GAP, imbas dari Krisis Keuangan Internasional di tahun 2008.

Pergantian logo ini sendiri menghabiskan dana sebesar 100 juta rupiah. Bill Chandler, Wakil Presiden Komunikasi GAP saat itu dengan pede mengatakan;

"Kami percaya ini adalah ekspresi yang lebih kompetitor dan modern. Satu-satunya anggukan ke masa lalu adalah masih ada kotak biru, tetapi terlihat lebih ke depan". Logo ini resmi digunakan pada tanggal 6 Oktober 2010.

Apa yang GAP harapkan saat itu, malah tidak berbuah manis. Jumlah pelanggan yang diharapkan naik malah turun drastis.

Lebih parahnya, ini juga berimbas pada perkembangan loyal customer yang mereka miliki. Hanya 6 hari logo ini bertahan di pasaran.



2. Coca Cola 

Produk Gagal New Coke

Produk Gagal New Coke

Selanjutnya ada rebranding yang dilakukan oleh brand minuman soda ternama dunia, Coca-Cola. Di tahun 1985, Coca-Cola merilis produk terbaru mereka bernama New Coke.

Produk ini dirilis sebagai bagian dari pembaharuan dan peningkatan rasa Coca-Cola klasik yang telah ada sejak tahun 1886.

New Coke disinyalir memiliki rasa yang lebih manis. Selain itu, rebranding ini dilakukan sebagai respons terhadap perang marketing yang dilakukan oleh kompetitor terdekatnya PepsiCo. Saat itu PepsiCo membuat strategi kampanye Pepsi challenge.

Di mana saat itu, mereka mengajak masyarakat untuk melakukan blind taste test akan 2 jenis minuman soda, baik itu Coca-Cola dan PepsiCo tanpa diketahui. Hasilnya PepsiCo jauh mengungguli. New Coke, varian baru dari Coca-Cola yang diharapkan mampu menandinginya, malah gagal total.

Lebih parah lagi, kantor utama Coca-Cola bahkan sempat dibanjiri dengan surat, telepon dan petisi agar Coca-Cola mengembalikan rasa asli, Coca-Cola klasik. Kegagalan begitu nyata terjadi akan produk New Coke ini. Hanya dalam 2 bulan, produk New Coke ditarik dari pasaran, dan Coca-Cola klasik kembali.


Contoh Rebranding yang Berhasil

Tidak selamanya rebranding yang dilakukan akan berujung kegagalan. Semua itu tergantung pada cara kamu melakukan riset pasar yang baik.

Apabila proses riset yang dilakukan sudah baik, disertai dengan perumusan strategi yang baik pula, maka kamu bisa saja mengikuti jejak contoh keberhasilan 2 kasus rebranding di bawah ini, yakni;


1. Nintendo

Siapa yang tidak tahu dengan brand satu ini?. Nintendo adalah brand ternama di industri video game, banyak game-game di masa lalu yang berhasil membuat kita rindu setengah mati.

Contoh saja game Super Mario Bros yang legendaris, dan juga game seru lainnya seperti The Legend of Zelda, Battletoads, Bionic Commando, Ninja Gaiden, Duck Hunt dan lain sebagainya.
 

Marufuku Nintendo

Marufuku Nintendo

Nah, tahukah kamu bahwa nama brand Nintendo sebelumnya bukanlah Nintendo melainkan Marufuku Co, Ltd. Nama ini diberikan oleh Fusajiro Yamauchi, pendiri dari Nintendo itu sendiri.

Baca Juga: Masuk Forbes 30 Under 30, Ini Strategi Product Branding ala Prilly Latuconsina

Nama ini sempat beredar di tahun 1947 sampai dengan tahun 1959. Sebelum akhirnya diganti menjadi nama yang familiar dan gampang diucapkan Nintendo. Marufuku sendiri sekarang menjadi nama hotel.


2. Google

 

Nama Google Sebelumnya

Nama Google Sebelumnya

Google adalah perusahaan teknologi search engine nomor 1 di dunia. Posisinya sebagai search engine terpopuler di dunia, tidak pernah tersaingi oleh Bing, Yahoo, Baidu, Yandex dan DuckDuckGo.

Hal ini wajar mengingat Google memiliki teknologi pencarian yang mumpuni, clean dan to the point. Strategi bisnis mereka dengan mengakuisisi banyak perusahaan teknologi besar, terutama Android jadi tonggak besar keberhasilan mereka.

Tapi, siapa sangka bahwa perusahaan yang didirikan oleh Sergey Brin dan Larry Page ini dulunya bernama BackRub.

Nama ini dipilih lantaran pasar backlink saat itu yang benar-benar dapat membantu pencarian halaman web yang relevan. Nama ini urung diaplikasikan lantaran di tahun 1997, diganti menjadi Google.
Inilah penjelasan lengkap tentang strategi rebranding. Semoga bermanfaat.








----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Whatsapp Group kami! Klik di sini untuk bergabung