Mengenal Scarcity Trauma, Salah Satu Penyebab Utama Kebiasaan Hoarding ketika Dewasa

Ilustrasi scarcity trauma yang menjadi penyebab kebiasaan hoarding ketika dewasa (Sumber gambar: Canva)

Like

Be-emers, apakah kamu punya kebiasaan menyimpan wadah atau pembungkus plastik dengan alasan siapa tahu masih bisa digunakan hingga akhirnya malah menumpuk berantakan?

Atau kamu punya kebiasaan tetap menyimpan baju yang sebenarnya sudah terlalu sempit untuk kamu pakai karena masih terlalu sayang untuk disumbangkan ke orang lain? Atau kamu punya kebiasaan menyimpan makanan yang bahkan sudah basi karena merasa sayang untuk dibuang?

Jika dari ketiga contoh tersebut terjadi di kehidupan kamu, besar kemungkinan kamu memiliki scarcity trauma
 

Kebiasaan tidak mau menyumbangkan pakaian yang sudah tidak terpakai karena alasan takut merasa kekurangan adalah salah satu gejala scarcity trauma/Canva

 

Apa Itu Scarcity Trauma?  

Scarcity trauma adalah kondisi yang terbentuk dari pengalaman hidup susah atau kekurangan ketika tumbuh dewasa. Karena keadaan tersebut, pribadi mereka terbentuk menjadi seseorang yang selalu 'mengantisipasi' kecukupan di masa depan dengan melakukan kebiasaan seperti, menyisakan makanan untuk berjaga-jaga hanya karena takut nantinya mereka akan kekurangan makanan.

Atau, kebiasaan menyimpan wadah bekas sesuatu dengan alasan pasti akan terpakai ketika butuh namun malah mengindikasikan kebiasaan hoarding atau menimbun barang yang sebenarnya tidak terpakai. Sehingga dari beberapa hal tersebut sebenarnya bisa disimpulkan yang mereka lakukan adalah hasil dari kondisi scarcity trauma. 

 

Tangkapan layar salah satu adegan di drama Hotel Del Luna



Penyebab scarcity trauma yang utama yakni minimnya pengetahuan tentang literasi keuangan. Mereka tidak memiliki kemampuan dan ilmu yang cukup tentang mengelola keuangan dan juga tidak tahu cara membuat keputusan keuangan yang bijak sehingga mereka terjebak di kondisi yang kekurangan. 

Orang-orang dengan riwayat hidup kekurangan cenderung memiliki scarcity mindset. Kondisi serba kekurangan akan menimbulkan rasa tidak aman, putus asa dan ketakutan yang mengakibatkan mereka membentuk sikap 'antisipasi' dengan menimbun, menyimpan dan menyisakan barang atau makanan.

Hal tersebut mereka lakukan sebagai strategi mereka bertahan dari ketakutan merasakan kemiskinan seperti dulu, padahal banyak hal lain yang mereka bisa lakukan untuk mendapatkan hidup yang memang lebih layak. 
 

Trauma keuangan seperti kehilangan pekerjaan juga menjadi penyebab scarcity trauma/Canva


Penyebab lainnya yakni bagi mereka yang pernah mengalami trauma keuangan seperti kehilangan pekerjaan, berada di kondisi kesulitan keuangan, atau pengalaman ketika mendapatkan tagihan yang tidak terduga.

Dengan kondisi tersebut, mereka cenderung lebih terfokus mengutamakan kebutuhan mendesak dan melakukan penghematan besar-besaran karena merasa jika sumber daya yang dimiliki sangat terbatas. Tidak jarang dari mereka malah menghindari pengeluaran untuk barang atau kegiatan yang diperlukan karena punya perasaan takut uang mereka tidak akan cukup. 

Lalu Bagaimana Cara Menghadapi Kondisi Scarcity Trauma?

1. Journaling 
Be-emers yang sedang berada di fase atau kondisi scarcity trauma/scarcity mindset bisa mensiasati dengan cara menuliskan daftar rasa syukur untuk kehidupan yang sudah dijalani. Sekecil apapun jika perbuatan itu menghadirkan rasa bahagia tentunya akan diiringi rasa bersyukur juga. 

2. Kelola Stress 
Tidak membiarkan diri tenggelam di dalam pikiran yang bisa menyebabkan stres adalah salah satu cara menghadapi kondisi scarcity trauma. Tidak menyalahkan diri sendiri atas kondisi yang dialami. Yakinkan pada Tuhan yang pastinya akan memberikan jalan terbaik untuk mengatasi kondisi tersulit apapun. 

3. Positive Vibes 
Mulai berfokuslah pada hal-hal atau kegiatan positif bersama keluarga atau orang-orang tersayang. Dengan dukungan moral dari orang-orang terdekat tentunya akan memberikan kita kekuatan untuk menghadapi kondisi apapun.