Peran Label Gizi dalam Makanan, Bagaimana Dampaknya dalam Pengendalian Obesitas?

Konsumsi makanan yang sebenarnya dan seimbang masih lebih baik untuk saat ini. Sumber gambar: Adobe Express

Like

Di Indonesia kasus obesitas dan diabetes meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Diabetes meningkat sekitar 10 kali lipat, sedangkan obesitas meningkat sekitar tiga kali lipat. 

 
Meningkatnya penderita diabetes dan obesitas ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain karena kurang gerak, pola makan yang salah, gizi tidak lengkap, atau lengkap tetapi tidak seimbang. Jadi tidak bisa menyalahkan salah satu faktor saja.
 
 

Label Gizi Pangan dan Trik Pemasaran 

Perkembangan teknologi membuat makanan menjadi beragam dan mudah untuk langsung dinikmati. Tidak hanya itu, makanan tersebut juga dilengkapi dengan nilai gizi yang beragam dan hampir seimbang. Ini dibuktikan pada label nilai gizi yang tertera pada kemasan makanan tersebut. 
 
Meski demikian jika dibaca lebih teliti gizi tersebut rata-rata hanya menyumbang sekitar 1-12 persen dari total kebutuhan gizi tubuh. Baik berupa karbohidrat, protein, vitamin, mineral, serat, dan lain-lain. Sisanya adalah gula sederhana. Artinya, kandungan gula sederhana pada makanan siap saji tersebut cukup tinggi.
 
Gula sederhana pada susu siap minum kotak kecil adalah satu sendok makan, susu coklat 200 ml adalah dua sendok makan, makanan sereal sachet adalah dua sendok makan, makanan sereal untuk sarapan per sajian adalah satu sendok makan, coklat anak per sajian adalah satu sendok makan, dan minuman ringan per sajian ada yang hingga tiga sendok makan.

Baca Juga: Chia Seeds untuk Ibu Hamil: Manfaat, Efek Samping, dan Perhatian yang Perlu Diketahui
 
Meskipun kadar gula sederhananya tinggi, seringkali yang ditonjolkan di label makanan tersebut adalah nutrisi lain, seperti vitamin, mineral, dan serat.
 
Ada kalanya yang ditonjolkan adalah kandungan makanan sehatnya, seperti telur dan susu. Padahal, jika dibaca lebih teliti, kandungan susunya hanya 8%, dan telurnya 0.01%. 
 
Sebenarnya produsen makanan tersebut tidak salah. Karena hal tersebut merupakan salah satu trik pemasaran.  
 
 

Batas Konsumsi Gula Anak Cuma 2,5 Sendok Makan

Padahal, anak di atas dua tahun disarankan untuk tidak mengonsumsi gula di atas 2.5 sendok makan per hari.

Jika anak sarapan dengan susu kotak dan sereal, snack time jam sembilan coklat dan roti, setelah makan siang makan coklat lagi, sore makan coklat lagi dan minum minuman ringan, bisa dibayangkan jumlah gula sederhana yang menumpuk di dalam tubuh setelah bertahun-tahun.
 
 

Gizi Seimbang untuk Keluarga

1. Makanan yang sesungguhnya. Makanlah makanan yang sesungguhnya seperti nasi, sayur, buah, tempe, tahu, ubi, singkong labu kuning, dan sebagainya. Makanan ini lebih lengkap dan seimbang gizinya, dan mengandung gula kompleks daripada gula sederhana. 
 
2. Makan di jam makan. Investasikan waktu untuk menyiapkan dan makan bersama keluarga di jam makan. Awalnya perilaku ini dilakukan penulis untuk menghemat pengeluaran agar tidak terlalu banyak uang jajan. Namun penulis menyadari bahwa ini juga penting untuk meningkatkan nilai gizi keluarga. Jadi pada jam makan, penulis selalu meminta anak-anak makan terlebih dahulu, kalau masih lapar baru boleh beli jajan. Begitu pula saat snack time.