Kenalan dengan Doom Spending, Jangan Sampai Terjebak ya!

Dampak doom spending pada keuangan anak muda (Foto freepik.com)

Like

Pernah mengalami pengin belanja barang yang sudah lama diinginkan. Rasa keinginan itu tak terbendung sama sekali.  

Bahkan,jika lihat teman-teman sekantor sudah duluan borong baju yang diinginkan itu. Waduh langsung dech ngga pikir panjang, jam makan siang dimanfaatkan untuk ke mall.

Belanjanya ngga pakai uang kas, gampang tinggal gesek saja, atau pakai fitur paylater.  Pulang dari belanja, puas sekali karena sudah mendapatkan keinginannya.  

Tapi besoknya lihat tagihan di credit card, kok membengkak. Belanja minggu yang lalu juga besar, ditambah kemarin.  Pusing tujuh keliling karena belum gajian dan harus bayar credit card. Mau cicilan?  Kok tambah utang lagi.
 

Apa itu doom spending?

Doom spending adalah kebiasaan menghabiskan uang secara impulsif karena merasa cemas atau stres terhadap keadaan sekitar, seperti pandemi atau krisis ekonomi.

Anak muda sering kali terjebak dalam fenomena ini. FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan tren menjadi salah satu pemicu utama.


Baca Juga: Doom Spending: Ancaman Baru Bagi Keuangan Generasi Z dan Milenial

Saat melihat teman-teman di media sosial seperti TikTok dan Instagram memamerkan gaya hidup mewah, seseorang bisa terdorong untuk ikut-ikutan membeli barang atau pengalaman yang sebenarnya tidak diperlukan.


Faktor Penyebab Doom Spending

Media sosial seperti TikTok dan Instagram dipenuhi konten yang menampilkan tren terbaru dalam fashion, gadget, makanan, hingga gaya hidup.

FOMO memengaruhi seseorang untuk membeli sesuatu agar tidak ketinggalan tren. Namun, ini bisa berujung pada pengeluaran berlebihan yang tidak disadari, dan jika terus berlanjut, bisa menyebabkan masalah keuangan serius.