Beasiswa LPDP, Apakah Sudah Tepat Sasaran?

Sumber:Freepik

Like

LPDP merupakan singkatan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. LPDP merupakan salah satu program beasiswa bergengsi di Indonesia yang didanai oleh pemerintah.

Dengan tujuan utama mendukung pendidikan anak bangsa, beasiswa ini dirancang untuk mendorong para penerima menjadi agen perubahan bagi pembangunan Indonesia di masa depan.

Namun, di balik besarnya dana yang dialokasikan dan tingginya antusiasme masyarakat, muncul pertanyaan penting: apakah beasiswa ini benar-benar menjangkau mereka yang paling membutuhkan?

 

Siapa Sasaran LPDP?

LPDP memiliki sejumlah program beasiswa yang bervariasi untuk pendidikan magister dan doktoral, dengan sasaran penerima mulai dari akademisi, tenaga profesional, hingga pemimpin muda yang potensial.

Sebagai program beasiswa bergengsi, LPDP sering kali mensyaratkan standar yang cukup tinggi dalam penilaian akademis maupun kualifikasi personal.


Baca Juga: Mengapa Mahasiswa Beasiswa LPDP Wajib Kembali ke Tanah Air?

Dengan kriteria yang ketat ini, penerima LPDP diharapkan tidak hanya memiliki kapabilitas akademik tetapi juga komitmen terhadap kontribusi sosial dan pembangunan Indonesia.

Namun, kriteria tinggi ini juga memunculkan pertanyaan tentang siapa sebenarnya yang paling diuntungkan dari beasiswa ini.

Meskipun LPDP memiliki sejumlah program afirmasi yang ditujukan untuk wilayah dan kelompok tertentu yang lebih terpinggirkan, seperti program afirmasi daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) serta program bagi penerima dengan keterbatasan ekonomi, banyak pihak yang bertanya apakah penerima manfaatnya sudah mencerminkan sasaran yang diinginkan.

 

Tantangan Menjangkau yang Paling Membutuhkan

Salah satu tantangan besar LPDP adalah menjangkau kelompok masyarakat yang membutuhkan akses lebih besar terhadap pendidikan tinggi, khususnya dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah.

Seleksi yang sangat kompetitif dan membutuhkan beragam dokumen penunjang menjadi salah satu hambatan yang mungkin sulit diatasi bagi mereka yang tidak memiliki akses informasi, bimbingan, atau fasilitas pendukung untuk mempersiapkan proses seleksi tersebut.

Selain itu, untuk masyarakat dengan keterbatasan akses, mengikuti proses seleksi yang panjang dan berbasis daring (online) bisa menjadi kendala tersendiri.

Dalam beberapa kasus, mahasiswa atau calon penerima beasiswa dari daerah terpencil atau dari keluarga ekonomi rendah merasa kurang percaya diri atau memiliki keterbatasan fasilitas untuk bersaing di tingkat nasional.