Jika BRICS Bikin Mata Uang Sendiri, Bagaimana Dampak dan Antisipasinya?

Negara-negara BRICS dapat ancaman dari Donald Trump bahwa akan ada perubahan tarif impor jika membuat mata uang sendiri (Gambar: Bloomber Eva Marie)

Like

Be-emers pasti pernah mendengar soal BRICS. Sebenarnya apa sih BRICS itu?

BRICS pertama kali muncul sebagai konsep pada 2001, ketika ekonom Jim O'Neill dari Goldman Sachs Economic Research Group memperkenalkan istilah "BRIC" yang merujuk pada Brasil, Rusia, India, dan China. Keempat negara ini diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi global di masa depan.

Kelompok ini mulai terbentuk secara formal pada 2006 melalui pertemuan informal di sela-sela Sidang Umum PBB. Pada 2009, BRIC mengadakan KTT pertamanya di Rusia, menandai langkah awal kerja sama politik dan ekonomi antar anggotanya. Pada 2010, Afrika Selatan ikut bergabung dan mengubah BRIC menjadi BRICS untuk memperluas cakupannya ke benua Afrika.

BRICS memiliki tujuan untuk mendorong reformasi tata kelola ekonomi global, memperkuat kerja sama perdagangan, dan mendukung pembangunan melalui pembentukan lembaga seperti New Development Bank pada 2014.

Kini, BRICS menjadi blok penting yang menyeimbangkan dominasi negara-negara maju dalam ekonomi global.


Sebenarnya hingga saat ini, BRICS belum memiliki mata uang bersama resmi. Namun, diskusi mengenai penciptaan mata uang BRICS telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sebagai respons terhadap dominasi dolar AS dalam perdagangan global dan ketegangan geopolitik.

Pada KTT BRICS yang diadakan di Johannesburg pada Agustus 2023, isu ini dibahas secara serius. Negara-negara BRICS mempertimbangkan kemungkinan menciptakan mekanisme perdagangan berbasis mata uang lokal atau mata uang baru untuk memfasilitasi transaksi antar anggota tanpa bergantung pada dolar.

Meski begitu, ide ini menghadapi tantangan besar, termasuk perbedaan kepentingan ekonomi, struktur keuangan, dan stabilitas masing-masing negara anggota.

Salah satu reaksi terbesar pada isu mata uang baru BRICS ini adalah ancaman Donald Trump yang akan menaikkan tarif impor hingga 100 persen terhadap negara-negara BRICS jika mereka benar-benar menciptakan mata uang bersama.
 

Jika BRICS Bikin Mata Uang Sendiri, Ini Dampaknya

Tentunya hal ini memerlukan perhatian khusus pada beberapa aspek yang akan terkena dampaknya secara langsung, antara lain:

1. Dampak Kenaikan Tarif terhadap Harga Barang

Jika tarif impor dinaikkan hingga 100 persen, dampaknya akan terasa langsung pada harga barang impor. Produk dari negara-negara BRICS akan melambung harganya di pasar AS.

Hal itu tentu saja akan memicu kenaikan harga barang secara global. Konsumen akan merasakan beban ini dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari yang lebih mahal, mulai dari elektronik hingga bahan makanan.

Ketergantungan banyak negara pada barang impor dari BRICS dan AS juga dapat memicu gelombang inflasi global. Negara-negara yang tidak memiliki alternatif pasokan akan mengalami lonjakan biaya, yang kemudian memengaruhi daya beli masyarakat.

Selain itu, mengingat China sebagai salah satu pemain utama dalam rantai pasok global, ketegangan ini dapat menyebabkan gangguan besar dalam distribusi barang dan bisa memperburuk situasi ekonomi di berbagai sektor.
 

2. Imbas Pada Sektor Perdagangan

Kebijakan proteksi ekstrem seperti kenaikan tarif impor hingga 100 persen ini berpotensi memperlambat arus perdagangan antarnegara. Langkah ini bisa memicu respons dari BRICS, yang mungkin membalas dengan kebijakan serupa terhadap produk-produk AS.

Akibatnya, perdagangan global menjadi semakin terfragmentasi dan merugikan semua pihak yang terlibat.

Namun, tekanan semacam ini juga dapat menjadi katalis bagi BRICS untuk mengubah strategi mereka. Alih-alih bergantung pada pasar AS, negara-negara dalam blok ini kemungkinan akan mulai mencari pasar alternatif atau memperkuat perdagangan di antara mereka sendiri.

Bahkan, langkah ini bisa mempercepat upaya BRICS untuk menciptakan mata uang bersama atau mekanisme perdagangan baru yang lebih independen dari dolar, memperkuat posisi mereka dalam ekonomi global.
 

3. Pengaruh Pada Dominasi Dolar

Donald Trump tampaknya bertekad untuk mempertahankan dominasi dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Jika negara-negara BRICS berhasil menciptakan mata uang bersama, sebagian perdagangan global tentunya bisa beralih dari dolar dan akan secara bertahap mengikis pengaruhnya di panggung internasional.

Selain itu, kebijakan tarif tinggi dan ancaman terhadap kerja sama internasional justru berisiko menciptakan ketidakstabilan ekonomi.

Ketegangan semacam ini tidak hanya mengganggu hubungan dagang tetapi juga dapat merugikan ekonomi AS sendiri, yang semakin terjebak dalam ketidakpastian akibat dampak dari langkah-langkah proteksi tersebut.

Sebagai masyarakat awam, kemunculan mata uang baru dan juga ancaman terhadap dominasi dolar sudah pasti akan sedikit banyak mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Untuk itu, langkah antisipasi yang dapat diambil untuk meminimalisir dampak tersebut antara lain: