Strategi Cerdas untuk Meminimalisir Risiko Investasi Emas

Kelola Risiko Investasi Emas dengan Strategi Cerdas (Sumber gambar: Freepik)


Be-emers, investasi emas memang telah lama menjadi primadona di kalangan investor Indonesia. Dikenal sebagai “safe haven”, emas sering kali dipilih saat pasar keuangan mengalami ketidakstabilan.

Namun, apakah emas selalu menjadi pilihan terbaik dalam strategi investasi jangka panjang? Jawabannya: belum tentu.

Ya, seperti instrumen investasi lainnya, emas juga memiliki beberapa kelemahan. Harga emas dapat berfluktuasi, tidak menghasilkan passive income, dan rentan terhadap perubahan kebijakan suku bunga global.
 

Strategi Cerdas untuk Meminimalisir Risiko Investasi Emas

Oleh karena itu, mengurangi porsi investasi emas dengan bijak dapat menjadi strategi yang cerdas untuk mengelola risiko dengan lebih seimbang.

1. Pahami Tujuan Investasi dan Profil Risiko

Be-emers, sebelum memulai berinvestasi, pahami dulu apa tujuan investasi dan profil risiko kamu. 

Jika tujuan investasi adalah pertumbuhan modal jangka panjang, menempatkan terlalu banyak dana di emas dapat membatasi potensi pertumbuhan tersebut. Emas cenderung stagnan jika dibandingkan dengan saham atau reksa dana saham.
 

2. Diversifikasi Portofolio

Salah satu prinsip investasi yang paling dianjurkan oleh teori Modern Portfolio Theory (Harry Markowitz, 1952) adalah diversifikasi.


Dengan tidak menaruh semua "telur dalam satu keranjang", kamu dapat menyeimbangkan antara aset yang aman (seperti emas) dan aset yang lebih agresif (seperti saham, obligasi, dan reksa dana). Idealnya, alokasi emas sebagai investasi portofolio adalah 10-20 persen. 
 

3. Ganti Emas dengan Alternatif Aset

Jika kamu ingin mengurangi kepemilikan emas, pertimbangkan untuk mengalihkan investasi tersebut ke aset lain yang lebih sesuai dengan tujuan investasimu. Misalnya:
  • Reksa dana pasar uang: pilihan tepat untuk investasi jangka pendek karena menawarkan likuiditas tinggi.
  • Obligasi negara (SBN): sesuai untuk investasi jangka menengah berkat stabilitas yang lebih terjaga.
  • Saham blue-chip: instrumen investasi yang bisa kamu pilih untuk invesasti jangka panjang. 
Diversifikasi ini sejalan dengan teori Asset Allocation, yang menekankan pentingnya pembagian aset berdasarkan jangka waktu dan toleransi risiko.