Kenalan dengan Sistem Ekonomi Pertanian Sirkular dan Kelebihannya
Be-emers, dikutip dari lib.lemhannas.go.id secara sederhana sistem ekonomi pertanian sirkular merupakan sistem ekonomi yang bertujuan untuk menggunakan sumber daya pertanian secara optimal, meminimalkan limbah, dan menjaga kelestarian alam.
Sistem ekonomi pertanian sirkular ini, memiliki berbagai kelebihan. Seperti dikutip dari lcdi-indonesia.id, kelebihannya antara lain:
- Meningkatkan tambahan Produk Domestik Bruto (PDB);
- Membuka lapangan kerja;
- Menurunkan emisi karbon;
- Mengurangi limbah;
- Mengurangi penggunaan air.
PKT BISA Pupuk Kaltim dan Sistem Ekonomi Pertanian Sirkular
PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), melalui PKT BISA berupaya menerapkan sistem ekonomi pertanian sirkular.
PKT BISA sendiri merupakan kependekan dari Pertanian Kompos Terpadu untuk Babadan Inovatif dan Sejahtera.
Meski PKT BISA ini seolah fokus membuat kompos. Tetapi sebenarnya PKT BISA ini minimal dapat menyelesaikan 7 masalah pertanian sekaligus. Apa saja? Yuk cek!
7 Masalah Pertanian yang Diselesaikan oleh Pupuk Kaltim Melalui Sistem Ekonomi Pertanian Sirkular PKT BISA
Berikut adalah 7 masalah pertanian yang diselesaikan dengan sistem ekonomi pertanian sirkular PKT BISA:
1. Limbah
Be-emers, menurut mutucertification.com, sektor pertanian dan yang berkaitan dengan pertanian juga menghasilkan berbagai limbah.
Limbah ini antara lain: a) limbah pertanian itu sendiri seperti jerami, sekam, klobot jagung, dan lain-lain; b) limbah peternakan dan perikanan seperti kotoran ternak, kulit, tulang, duri dan sisik, dan c) limbah rumah tangga seperti sisa sayuran atau pun sisa makanan basi.
Dikutip dari pupukkaltim.com, Pupuk Kaltim melalui PKT BISA, masalah limbah ini diatasi dengan cara dibuat pupuk organik dan kompos.
2. Emisi karbon
Data dari lcdi-indonesia.id, pertanian juga menyumbang sekitar 13?ri total emisi karbon di Indonesia.
Emisi ini berasal dari 1) pembakaran limbah pertanian secara terbuka; 2) emisi metana dari padi; 3) emisi nitrous oksida dari pupuk kimia sintetis yang berlebihan; dan 4)
manajemen lahan tidak berkelanjutan.
Masih dikutip dari pupukkaltim.com, Pupuk Kaltim melalui PKT BISA, masalah emisi karbon ini diatasi dengan cara pembuatan pupuk organik dan kompos yang kemudian diaplikasikan di lahan pertanian.
3. Kerusakan lahan
Dikutip dari surabaya.bisnis.com, lahan di Dusun Babadan khususnya, sudah rusak. Hal ini karena lahan tersebut sudah terlalu banyak menumpuk bahan-bahan kimia.
Maka, Pupuk Kaltim melalui PKT BISA, masalah kerusakan lahan ini secara perlahan diperbaiki dengan cara menggunakan pupuk organik dan kompos.
4. Ketergantungan pupuk kimia
Be-emers, info dari antaranews.com petani di Indonesia, juga masih sangat tergantung pada pupuk kimia sintetis.
Maka, pupuk Kaltim melalui PKT BISA, masalah ketergantungan terhadap pupuk kimia ini dapat dikurangi dengan cara mencampurnya dengan pupuk organik dan kompos.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.