Apakah pertanian membutuhkan riset? Jawabannya, iya karena pertanian adalah sektor penting dalam kehidupan yang menyangkut pangan penduduknya.
Riset di bidang pertanian akan penting karena perkembangan dunia pertanian termasuk pesat dan cepat. Dari produk molekuler dasar yang berkaitan sel atau jaringan, sampai ke alat penunjang seperti pemetaan lahan maupun drone dan pesawat modifikasi cuaca.
Riset di pertanian untuk mendukung program pembangunan berkelanjutan 2030 atau SDGs. Seperti yang dilakukan Pupuk Kaltim yang selalu konsisten dalam mendukung pertanian berkelanjutan melalui program Makmur dan Agro solution (Sumber: pupukkaltim.com).
Riset di pertanian sebagai jembatan untuk mewujudkan keseimbangan antara manusia, ekonomi dan lingkungan Salah satu riset dalam pertanian yang berdampak dan terus dilakukan adalah rekayasa genetika. (Sumber: lmsspada.kemdiktisaintek.go.id).
Rekayasa genetika adalah proses ilmiah yang dilakukan untuk memodifikasi (merubah, menata, memadukan, mengurangi atau menambah) susunan genetika suatu organisme. Atau secara sederhana diartikan memasukan gen dari satu organisme ke organisme lain sehingga target akan mengungkapkan sifat yang dimiliki gen tersebut (Sumber: p2ti.uma.ac.id).
Rekayasa genetika populer sejak tahun 1970 saat dikenal teknologi manipulasi molekul DNA atau disebut DNA rekombinan. Rekayasa genetika ini dalam arti luas adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Berarti juga pemuliaan tanaman melalui seleksi dalam populasi yang bersangkutan (Sumber: repository.uin.alauddin.ac.id).
Maka di bidang pertanian, rekayasa genetika dimaksudkan untuk memperoleh tanaman yang unggul dan bermutu. Tujuan utama tentu meningkatkan produktivitas tanaman dan meningkatan resistensi tanaman terhadap hama penyakit (Sumber: kumparan.com, 26/11/2023).
Lalu apa saja manfaat nyata rekayasa genetika di pertanian? Berikut ulasannya:
1.Varietas Unggul
Apakah semua tanaman yang ditanam hari ini juga ditanam leluhur dan nenek moyang kita? Secara nama iya. Padi akan tetap benih padi, begitu pula jagung, kedelai, dan lainnya.
Namun, yang digunakan sekarang adalah hasil riset bidang pertanian berkaitan bioteknologi benih.
Perubahan iklim, suhu, degradasi lahan dan ketersediaan lahan memaksa penggunaan benih yang benar-benar unggul agar dapat beradaptasi dengan lingkungan hari ini.
Riset tersebut memungkinkan kita menikmati beras yang pulen, alpukat yang manis, jeruk yang kecil, mangga yang berwarna merah kuning bahkan jagung yang masa panennya lebih pendek.
Pemerintah sudah melepas beberapa varietas unggul hasil rekayasa genetika ini dengan pertimbangan khusus terkait kebutuhan di masyarakat seperti jagung, tebu dan kentang (Sumber: antaranews.com, 24/05/2023)
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.