Ilustrasi Dampak Redenominasi Rupiah (Sumber gambar: Freepik)
Be-emers, redenominasi rupiah mungkin terdengar seperti topik yang jauh dari kehidupan sehari-hari.
Padahal, kalau suatu hari kebijakan ini benar-benar dijalankan, dampaknya bisa langsung terasa, mulai dari cara kita belanja sampai bagaimana bisnis kecil mencatat uang masuk dan keluar.
Banyak orang masih mengira redenominasi itu sekadar memotong nol. Nyatanya, prosesnya jauh lebih panjang dan melibatkan perubahan perilaku masyarakat.
Supaya enggak cuma ikut-ikutan diskusi, yuk lihat apa saja dampaknya dalam kehidupan nyata.
Dampak Redenominasi Rupiah yang Wajib Kamu Perhatikan!
Berikut adalah beberapa dampak redenominasi rupiah yang wajib kamu perhatikan dalam mengatur keuangan:
1. Harga Harian Akan Tampil Lebih “Kurus”
Kalau redenominasi diterapkan, hal pertama yang berubah adalah tampilan harga. Barang yang biasanya berlabel Rp15.000 bisa berubah jadi Rp15.Nilainya sama, tapi tampilannya beda. Ini terlihat sederhana, tapi di awal masa transisi bisa bikin bingung—apalagi untuk penjual kecil yang belum terbiasa dengan pencatatan baru.
Bayangin belanja ke warung dan melihat harga yang tiba-tiba jauh lebih kecil. Kalau tidak terbiasa, orang bisa salah kira harga sedang turun padahal tidak.
2. Pelaku Usaha Harus Menata Ulang Cara Mencatat Uang
Be-emers, di balik harga “baru” yang lebih pendek, ada pekerjaan tambahan yang tidak terlihat: pencatatan keuangan.Usaha yang selama ini memakai angka besar, entah ribuan atau jutaan—perlu menata kembali cara mereka menulis laporan. Sistem kasir, invoice, hingga buku catatan manual harus disesuaikan.
Bagi perusahaan besar, penyesuaian ini mungkin terasa sepele. Tapi buat UMKM yang masih mengandalkan catatan tulis tangan, perubahan ini bisa bikin ragu-ragu setiap kali menulis angka.
Salah satu tantangan terbesarnya adalah memastikan angka lama dan angka baru tidak tercampur. Kalau sampai keliru menulis nol, dampaknya bisa ke stok, keuntungan, bahkan arus kas.
3. Masyarakat Berpotensi Salah Baca Harga Saat Masa Transisi
Ketika harga lama dan harga baru muncul bersamaan, wajar kalau ada yang bingung. Ada orang yang mengira harga naik karena angka terlihat beda. Ada juga yang merasa harga turun, padahal nilainya tetap.Persepsi semacam ini biasanya hanya muncul di beberapa minggu awal. Namun dampaknya tetap kelihatan dalam aktivitas harian.
Ada yang jadi mikir dua kali waktu mau belanja, ada juga yang salah kira harga gara-gara tampilan angka berubah. Hal-hal kecil begini sering bikin orang ragu. Karena itu, penjelasan yang jelas sejak awal penting banget supaya asumsi liar nggak lebih dulu menyebar.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.