Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM Ini Resmi Dipakai di Transportasi Umum, Apa Itu GeNose?

Covid-19 - Canva

Like

Alat pendeteksi suhu tubuh, hingga berbagai tes seperti rapid test, SWAB antigen, hingga PCR, kerap dilakukan untuk mendeteksi penyebaran virus Covid-19.

Namun apakah itu cukup?

Nah, pemerintah pun diketahui telah menyetujui penggunaan alat deteksi Covid-19 terbaru di simpul transportasi umum seperti stasiun, bandara, pelabuhan, serta terminal.

Alat pendeteksi Covid-19 tersebut pun bernama GAMA e-Nose (GeNose). Menurut Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, alat GeNose ini telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Pihak Kemenhub pun diketahui sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, serta Satgas Penanganan Covid-19 terkait penggunaan alat GeNose tersebut.


Baca Juga: Ramai Donor Plasma Konvalesen Pasien Covid-19, Cek Faktanya di Sini Yuk!
 

Sebenarnya apa itu GeNose? dan seberapa Ampuh GeNose ini bisa mendeteksi Covid-19?

GeNose merupakan alat deteksi dan diagnosis Covid-19 melalui hembusan nafas seseorang yang saat ini sudah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan. 

Beda dengan alat pendeteksi Covid-19 pada umumnya, cara kerja GeNose yakni dengan sampling hembusan napas dalam suatu kantong khusus yang akan mengalirkan Volatile Organic Compound (VOC) ke dalam sistem larik sensor gas yang selanjutnya akan direspons delapan sensor.

Kemudian, sensor-sensor tersebut datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence). Selain itu, GeNose ini juga menggunakan sistem aplikasi yang terhubung dengan sistem cloud computering sehingga hasil diagnosis yang didapatkan dalam bentuk real time lho, Be-emers.

Katanya sih, kelebihan alat ini yaitu bisa  mendeteksi lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah dengan akurasi di atas 90 persen lho! Waw, benarkah begitu?

Menurut ketua Tim Pengembang GeNose C19 UGM Kuwat Triyana, dikutip dari Bisnis, alat deteksi Covid-19 berbasis hembusan nafas buatan ini sudah melewati tahap uji klinis, yang mana sudah dilakukan pada orang negatif dan positif Covid-1 di ruang rawat inap, rawat jalan, dan skrining bebas. 

Hasilnya, Kuwat menuturkan, ditemukan bahwa di analisis di ruang rawat sensitivitasnya 89 persen dan spesifisitasnya 96 persen.

Sementara itu, dalam analisis normal, sensitivitasnya bisa mencapai 93 persen dan spesifisitasnya 95 persen lho, Be-emers!

Bahkan, alat pendeteksi Covid-19 buatan UGM itu sementara sudah mampu mendeteksi pasien Covid-19 lebih awal, yakni 2 hari dari terpapar, dibandingkan dengan tes PCR yang baru bisa mendeteksi setidaknya 3-5 hari setelah terpapar.

Gokil!

Meski begitu, Menteri Riset Tekonologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro berpesan, ke depan alat ini bisa diteliti lebih lanjut dari sisi post marketing.

Wah, kamu sudah siap buat menggunakan alat pendeteksi Covid-19 karya anak bangsa ini, Be-emers?