Kenalan Saham Baru IPO, Ini Kisah UNIQ Milik Keluarga Tjokro Riduan

Sumber: Facebook PT. Ulima Nitra

Like

Belum lama, PT. Ulima Nitra Tbk., sukses melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada tanggal 8 Maret 2021. Dengan kode saham UNIQ, perusahaan penyewa alat berat ini berhasil meraup dana segar sebesar Rp35,4 miliar dari pasar modal melalui IPO nya. 

PT. Ulima Nitra merupakan perusahaan jasa pinjaman alat dan kontraktor terutama di pertambangan, minyak, gas, dan konstruksi. Pelanggan Ulima Nitra saat ini antara lain, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Medco E&P Indonesia, Conocophillips, dan PT Pertamina Gas.

Dari prospektus perusahaan, penerima saham dan pengendali Perseroan adalah Ny. Jati Simina dan Tn. Burhan Tjokro, Tn. Ulung Wijaya, Ny. Mertje Tjokro, Ny. Merty Tjokro, serta Ny. Tuti Nuarni yang seluruhnya merupakan anak kandung dari Ny. Jati Simina.

Oleh karenanya, perseroan dikendalikan secara bersama-sama oleh keluarga Tjokro Riduan melalui istri dan anak-anaknya. 

Setelah terjadinya pengalihan saham, pengendali Perseroan tidak akan mengalami perubahan karena pihak penerima seluruhnya adalah anak kandung dan pemegang saham saat ini, sehingga pemegang saham pengendali Perseroan masih tetap di tangan keluarga Tjokro Riduan.


Dilansir dari Bisnis, Direktur Bisnis Ulima Nitra Ulung Wijaya mengatakan bahwa dana segar yang diperoleh selanjutnya akan digunakan seluruhnya untuk mendanai kebutuhan modal kerja perseroan, antara lain membiayai kebutuhan bahan bakar (oil and fuel), biaya perawatan (service ringan) & spare parts, dan lain-lain.

Sehari setelah IPO, harga saham UNIQ sempat meroket. Tercatat sahamnya langsung naik hingga auto reject atas (ARA) sebesar 34,75 persen menjadi Rp159 dari harga penawaran sebelumnya Rp118. Namun kemudian, harga sahamnya kian turun setiap harinya.

Harga sahamnya sempat menyentu Rp102 pada akhir Maret. Dilihat dari analisa keuangannya, perusahaan ini memang sudah rugi bahkan sejak sebelum pandemi. 

Berdasarkan prospektus perusahaan, penjualan bersih perusahaan sejak 2017 hingga 2019 secara berurutan yakni Rp301,94 miliar, Rp 345,02 miliar, dan Rp 332,52 miliar. Sedangkan hingga November 2020, pendapatan perseroan mencapai Rp 270,92 miliar. 

Penjualan bersih Perseroan yang naik turun 3 tahun terakhir itu terutama berasal dari pendapatan penyewaan truk dan alat berat dan peningkatan pendapatan jasa pertambangan.

Sedangkan, penjualan bersih pada tanggal 30 Juni 2020 adalah sebesar Rp155.482 juta, mengalami kenaikan sebesar Rp15.394 juta atau sebesar 10,99 persen dibandingkan dengan penjualan pada tanggal 30 Juni 2019 sebesar Rp140.088 juta.

Kenaikan tersebut terutama berasal dari peningkatan pendapatan jasa pertambangan dari Rp66.405 juta menjadi Rp95.168 juta atau meningkat sebesar 43,32 persen. 

Untuk laba/rugi perusahaan dalam periode yang sama adalah Rp8,06 miliar, Rp 17,14 miliar, Rp17,47 miliar. Sedangkan hingga November 2020, perusahaan berbalik rugi Rp 5,61 miliar. Kenaikan yang ditunjukan dari Desember 2017 hingga Desember 2019 disebabkan karena adanya penurunan beban pajak akibat dari pencatatan pajak tangguhan.

Aset perusahaan sendiri per November 2020 sebesar Rp 539,67 miliar. Dari jumlah ini utang jangka pendek dan utang jangka panjang (liabilitas) sebesar Rp 267,41 miliar. Sedangkan ekuitasnya Rp 272,25 miliar.

Gimana? Apakah anda tertarik koleksi saham ini?