Dear Pekerja Kontrak dan Freelancer, Gimana Cara Bertahan dalam Gig Economy?

Pekerja Kontrak dan Freelancer dalam Menghadapi Gig Economy Illustration Bisnis Muda - Canva

Like

Kini, seiring dengan transformasi Gig Economy, setiap orang bisa bekerja atau perusahaan bisa mempekerjakan orang secara lebih fleksibel. Lalu, gimana caranya para pekerja bisa bertahan dalam Gig Economy tersebut?

Industri sudah berkembang, bahkan sekarang kita sudah masuk dalam industri 4.0. Internet pun sudah memudahkan segala kegiatan kita, termasuk dalam bekerja.

Jika dulu semua pekerja di sebuah perusahaan harus datang ke kantor untuk bekerja, kini kamu pun bisa bekerja dari mana saja. Bahkan, setiap orang bisa bekerja di lebih dari satu perusahaan dengan menjadi pekerja lepas (freelancer).

Di satu sisi, berkembangnya industri juga membuat lonjakan pekerjaan dengan kontrak sementara. Hal itu lah yang kemudian melahirkan istilah Gig Economy.

Baca Juga: Tips Mengatur Keuangan Freelancer di Masa Pandemi
 

Apa Itu Gig Economy?

Buat kamu yang sering nonton konser, istilah “gig” erat banget kaitannya sama pertunjukan dan sering digunakan dalam industri hiburan. Namun, hal itu berbeda kalau kita ngomongin Gig Economy nih, Be-emers.


Dilansir dari Investopedia, Gig Economy merupakan istilah yang didasarkan pada pekerjaan yang fleksibel, sementara, atau lepas. Pekerjaan dalam Gig Economy juga seringkali melibatkan hubungan dengan klien atau pelanggan melalui platform online.

Jadi, dalam Gig Economy, pekerjaan sementara dan fleksibel adalah hal biasa dan perusahaan cenderung mempekerjakan karyawan kontrak dan freelancer independen daripada karyawan penuh waktu.
 

Kelebihan dan Kekurangan dalam Gig Economy

Disebutkan, Gig Economy yang lahir di industri 4.0 ini memang lebih fleksibel. Gig Economy dinilai bisa menguntungkan dari sisi pekerja, bisnis, dan bahkan konsumen karena membuat pekerjaan jadi lebih mudah beradaptasi dengan kebutuhan saat ini.

Selain itu, pekerja seperti freelancer misalnya, dinilai lebih independen karena enggak terikat ketat dengan peraturan kantor seperti harus datang sesuai jam kantor, memakai seragam, dan sebagainya.

Meski begitu, di saat yang bersamaan, Gig Economy juga bisa merugikan. Soalnya, Gig Economy bisa mengikis hubungan ekonomi tradisional antara pekerja, bisnis, dan klien itu sendiri.

Selain itu, Gig Economy pun dinilai bisa merusak ekonomi tradisional pekerja penuh waktu yang sering fokus pada pengembangan karir mereka. Bahkan, karena waktu kerja yang cenderung fleksibel, para pekerja jadi sulit punya work life balance dan rentan untuk dieksploitasi lho.

Dampak lainnya, dilansir dari Wired, Gig Economy juga bisa menimbulkan kurangnya perlindungan terhadap pekerja.

Lalu, gimana cara para pekerja yang ada dalam lingkaran Gig Economy bisa bertahan?

 

Pekerja Kontrak dan Freelancer dalam Menghadapi Gig Economy Illustration Bisnis Muda
- Canva

 

Cara Bertahan dalam Gig Economy

Memang sih, menjadi pekerja dalam Gig Economy itu perlu perjuangan juga. Yah, meskipun teknologi sudah mempermudah pekerjaan kamu, tapi kamu juga wajib peduli dengan diri kamu sebagai pekerja dalam Gig Economy lho, Be-emers.

Harvard Business Review melakukan studi terhadap 65 Gig Workers, untuk mempelajari apa yang diperlukan agar berhasil dalam pekerjaan “independen” mereka itu. Dari hasil studi tersebut, mereka menemukan bahwa semua pekerja merasakan sejumlah kecemasan pribadi, sosial, dan ekonomi tanpa adanya dukungan dari pemberi kerja.

Meski begitu, kemandirian para pekerja juga merupakan pilihan dan hal itu enggak akan melepaskan manfaat yang menyertainya. Bahkan, meski para pekerja tersebut khawatir soal keuangan yang enggak bisa diprediksi, mereka juga merasa telah mengumpulkan lebih banyak keberanian dan menjalani kehidupan yang lebih kaya daripada rekan perusahaan mereka.

Kamu sering merasa seperti itu enggak nih, Be-emers?

Eits, tapi mereka merasa seperti itu karena sudah punya strategi yang matang untuk bisa bertahan dalam Gig Economy lho. Caranya, para Gig Workers tersebut telah memupuk empat jenis koneksi untuk bertahan:
  1. Tempat
    Setiap ruang kerja juga unik, dengan lokasi, furnitur, perlengkapan, dan dekorasi yang mencerminkan keistimewaan pekerjaan pemiliknya.

    Namun, Gig Workers punya kesempatan untuk menemukan tempat ternyaman dalam bekerja guna menghasilkan pekerjaan yang lebih produktif karena bisa mengatasi rasa bosan.
     
  2. Rutinitas
    Dalam organisasi, rutinitas sering dikaitkan dengan keselamatan atau birokrasi yang membosankan. Di sisi lain, beberapa rutinitas meningkatkan alur kerja orang.

    Misalnya, dengan menjaga jadwal; mengikuti daftar yang harus dilakukan; memulai hari dengan pekerjaan yang paling menantang atau dengan panggilan klien, dan sebagainya. Hal itu akan melatih kamu menjadi Gig Workers yang disiplin di tengah fleksibilitas yang tinggi.
     
  3. Tujuan
    Untuk para Gig Workers yang baru memulai pekerjaan, terutama sebagai freelancer, pasti pada awalnya akan melakukan pekerjaan apa pun yang memungkinkan mereka menemukan pijakan di pasar. Hal itu wajar kok.

    Namun, kamu juga harus punya tujuan. Soalnya, Harvard Business Review menjelaskan, sebuah tujuan akan menciptakan jembatan antara minat dan motivasi pribadi dengan kebutuhan di dunia.
     
  4. Orang-Orang
    Jelas, manusia adalah makhluk sosial. Bahkan, studi di lingkungan perusahaan telah lama menunjukkan betapa pentingnya orang lain bagi karir kita lho.

    Sayangnya, para peneliti juga telah memperingatkan tentang "epidemi kesepian" yang bisa melanda pekerja independen atau Gig Workers. Makanya, tetap terkoneksi dengan banyak orang lewat seminar, workshop, atau bahkan klien, juga penting dilakukan para Gig Workers.

Keempat koneksi tersebut dinilai bisa membantu para pekerja Gig Economy atau Gig Workers dalam menanggung pasang surut emosi pekerjaan. Mereka juga bisa mendapat inspirasi dari kebebasan mereka itu sendiri.

Gimana, kamu lebih suka bekerja dalam perusahaan yang menerapkan Gig Economy atau jadi karyawan tetap kayak PNS? Hehe