Wisuda Anak Sekolah Ramai Dikritik, Ini Nilai Positif di Dalamnya!

Wisuda Sekolah Yayasan An-Nur, Wahdah Islamiyah Bombana, Senin (12/06/2023)

Like

Pada hari Senin yang lalu (12/06/23), anak saya yang kedua diwisuda. Eits, dia belum menjadi sarjana, baru lulus TK. Selama setahun di TK, umur 6 tahun sekarang, dia memang saya ikutkan saja dalam acara wisuda yang diadakan oleh sekolahnya.

Menempati sebuah gedung luas milik pemda, acara tersebut berjalan dengan sukses. Alhamdulillah

Acara yang berjalan lancar tersebut, justru di dunia lain memicu perdebatan dan diskusi seru sampai hari ini. Lho, Mas, dunia lain? Iya, maksudnya di dunia maya alias dunia medsos.

Saya bergabung di sebuah grup Whatsapp, yang isinya para penulis atau orang yang punya minat di dunia tulis-menulis. Pengasuhnya seorang penulis terkenal yang sudah menelurkan ratusan buku. 

Ada yang bertanya di grup, "Saya penasaran, wisuda TK-SMA itu mulai kapan?" 


Saya menjawab, "Kalau di tempat saya tadi, mulai dari jam 9 pagi!" 

Eh, jawaban saya tidak mendapatkan tanggapan sama sekali. Tidak ada juga emoticon, direply, apalagi ditransfer uang dari anggota grup yang lain, lho?

Intinya, kalau saya amati, diskusi seru dan panjang tentang wisuda anak sekolah memang seputar uang alias duit. Para orang tua keberatan dengan biaya yang dikeluarkan dalam acara wisuda tersebut.

Kalau untuk acara wisuda anak saya, membayar Rp350 ribu. Jika difoto dengan background buku-buku khas wisuda tersebut, membayar lagi Rp60 ribu rupiah.

Saya bersyukur, anak saya laki-laki semua. Jika orang tua yang punya anak perempuan, biayanya bisa lebih mahal lagi. Soalnya, anak perlu dirias, mungkin datang dulu ke salon terdekat.

Selain itu, saya lihat orang tua yang punya anak perempuan punya inisiatif untuk membuat buket berisi uang atau makanan-makanan ringan. Ini jelas dong menambah biaya di luar biaya wisuda yang resmi ke sekolah. 

Memang sih terasa lumayan yang saya keluarkan, tetapi momen tersebut 'kan cuma satu kali. Apalagi saya merasa sedih sebenarnya, cepat sekali anak tersebut lulus dari TK.

Sedihnya karena tidak banyak menemani dia belajar dan bermain bersama hasil dari pelajaran di sekolahnya. Nah, jangan sampai kamu seperti saya ya! Tetap harus meluangkan waktu untuk anak, sesibuk apapun dirimu!

Nah, dari diskusi, aneka macam komentar, tanggapan bermunculan seputar wisuda anak sekolah. Jika intinya masalah uang, berarti memang pantas yang dikatakan oleh Dewa Eka Prayoga, "Uang memang tidak bisa membuat bahagia, kalau jumlahnya kurang".

Baca Juga: 
Usaha Rangkaian Bunga Tangan untuk Wisuda

Kita harus ingat juga perkataan motivator terheboh nomor 1 Indonesia, Tung Desem Waringin, "Bukan uang yang menjadi akar kejahatan, melainkan cinta uang yang menjadi akar kejahatan". Kalau orang sudah cinta dengan uang, apalagi menjadi terlalu cinta, maka pantas jika dia menghalalkan segala cara untuk meraihnya.

Lalu, bagaimana menghadapi tentang wisuda anak sekolah ini? Apakah memang tidak ada nilai positifnya? Tentunya ada dong. Mari kita ulas di bawah ini!


Nilai Positif Wisuda Anak Sekolah


Saya menganalisis, paling tidak ada tiga hal atau nilai positif dari wisuda anak sekolah. Pertama, wisuda merupakan tanda kesyukuran karena anak sudah menyelesaikan seluruh proses pendidikannya.

Begini, sejak pandemi, saya rasakan pelajaran untuk anak sekolah memang cukup berat. Waktu itu, saya baca materi untuk anak pertama saya yang kelas 3 SD sudah cukup rumit. Apalagi, saya harus mengajarkannya tiap malam.

Anak masih belum paham, akhirnya yang ada malah justru bentakan. Astaqfirullah. Jangan sampai terjadi lagi model mengajar yang seperti itu!

Itu baru SD, bagaimana dengan di SMP dan SMA? Pendidikan di Indonesia ini memang berat, karena hampir semua pelajaran diajarkan. Padahal, belum tentu minat anak ada di situ.

Anak yang berjiwa seni, tidak harus belajar matematika atau fisika terlalu dalam. Anak yang punya perhatian terhadap bahasa, maka tidak harus nilai kimianya tinggi. 

Masih ingat cerita tentang sekolah para hewan bukan? Kita tidak mungkin mengajarkan ikan untuk belajar terbang. Kita juga tidak bisa mengajarkan burung untuk menyelam.

Masing-masing hewan sudah punya spesialisasi dan keunggulan masing-masing. Nah, sekolah para hewan saja begitu, masa yang sekolah untuk manusia malah tidak?

Anak makin berat di sekolah karena masih banyak orang tua yang tidak terlalu tahu seputar parenting. Begitu tahu anaknya mendapatkan nilai kurang memuaskan di raport, langsung ngegas dengan memarahi anak malang tersebut.

Padahal, anak tersebut sudah berusaha maksimal. Sudah mati-matian mencapai nilai yang bagus. Namun, karena memang bakat, minat, dan semangatnya bukan di situ, maka hasil yang ada, ya, begitu. 

Semestinya orang tua lebih fokus kepada pelajaran yang disukai anak. Contohnya, anak menyukai bahasa Inggris. Maka, fasilitasi saja dia agar makin mantap belajar bahasa asing tersebut. Mengenai nilai-nilai pelajaran lain yang mungkin dirasa kurang memuaskan, tidak usah terlalu dipedulikan.

Bukankah setiap manusia itu pada dasarnya punya satu kemampuan yang lebih unggul dibandingkan manusia lain? Tidak harus manusia itu menguasai semua ilmu, karena di dunia ini ada saling mengisi. Tidak pintar di bidang satu, ada orang lain yang unggul di situ. Bersinergi, berkolaborasi, itu adalah koentji

Kedua, nilai positif dari wisuda anak sekolah adalah mengajarkan kepada orang tua sendiri bahwa begitulah pendidikan, selalu membutuhkan biaya. Itu baru wisuda anak sekolah lho, bagaimana dengan wisuda sarjana nanti?

Tentunya akan jauh lebih mahal. Apalagi anak sekarang masih kecil, kira-kira nanti kalau anak sudah betul-betul lulus, berapa biaya yang akan dibutuhkan? 

Baca Juga: Bingung Ide Kado Wisuda? Kasih Saham Aja!

Dari situ, orang tua diajarkan untuk belajar pengelolaan keuangan sejak dini. Bagaimana mengatur pengeluaran, berapa persen yang disisihkan untuk belanja kebutuhan sehari-hari, berapa untuk investasi, berapa untuk berdonasi atau bersedekah, dan lain sebagainya.

Jika ingin investasi untuk pendidikan anak di masa depan, mau investasi di mana? Apakah cuma dari tabungan? Reksadana, emas, properti, saham, atau apa? Dari semua instrumen investasi, yang mana paling menguntungkan? Ini tentu membutuhkan ilmu tersendiri juga. 

Ketiga, anak diwisuda sekarang, nantinya belum tentu anak juga diwisuda waktu menjadi sarjana. Setiap orang tua perlu memikirkan alternatif bagi masa depan anak. Apakah semuanya harus kuliah? Sekarang belajar bisa dimanapun.

Tidak harus kuliah, tidak harus menjadi sarjana. Biasanya, menjadi sarjana itu intinya adalah ingin mendapatkan gelar. Kalau bicara tentang gelar, maka orientasinya adalah mencari kerja. Jika seorang anak sedari dini sudah bercita-cita jadi pengusaha, mengapa harus dipaksakan untuk menjadi karyawan? 

Dalam buku Anak Singkong yang membahas biografi Chairul Tanjung, beliau ingin belajar tentang keuangan, karena sudah mulai mempunyai perusahaan. Kemudian beliau lanjut S2.

Namun, setelah merasa cukup dengan ilmu yang dibutuhkan, beliau memutuskan untuk keluar. Tidak perlu ikut wisuda pula, yang penting ilmu sudah didapatkan. 

Nilai positif yang keempat tentang wisuda anak sekolah adalah membuka peluang bisnis bagi cukup banyak orang. Ada yang menjual jasa foto seperti yang saya order ketika anak saya diwisuda.

Ada yang penghasilannya meningkat karena warung makannya dipesan sebagai katering atau penyedia nasi dos. Usaha penyewaan toga dan pakaian adat tidak luput pula dari kecipratan untung.

Dan, yang kelima nilai atau makna positif dari wisuda anak sekolah adalah bisa membuat konten untuk keluarga sendiri. Bisa dengan foto, video, tulisan di blog pribadi, atau yang lainnya.

Coba jika tidak ikut wisuda, apa yang mau dijadikan konten? Sebenarnya bisa sih, tetapi kemeriahan acara wisuda tidak didapatkan. 

Konten tersebut bisa diunggah di Facebook, Instagram, maupun media yang sampai sekarang masih ngetren, yaitu TikTok. Orang tua maupun anak dapat belajar menyajikan konten semenarik mungkin. Dengan demikian mendatangkan penonton yang lebih banyak juga.


Selalu Saja Ada Sisi Sebaliknya


Bagi yang tidak setuju dengan wisuda anak sekolah, mungkin bagusnya perlu dibicarakan dengan pihak sekolah. Toh jika tetap diadakan, bagaimana agar biaya dihemat semaksimal mungkin.

Jika pun tidak diadakan, bagaimana menenangkan anak, karena teman-temannya di sekolah lain mengadakan juga? Intinya, wisuda anak sekolah ada sisi baiknya, ada juga sisi kurang baiknya bagi sebagian orang. 

Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.