Belum Kerja Tapi Gunakan Paylater? Big No!

Jangan coba-coba paylater jika belum berpenghasilan

Like

Beberapa anak muda yang statusnya masih mahasiswa/mahasiswi berasumsi bahwa “paylater” itu bukan pinjaman online. “Beda itu, pokoknya aku enggak pernah terlibat pinjaman online, cukup paylater saja!” tegasnya.


Mengapa mereka anggap paylater beda dengan pinjaman online?  


Sebenarnya, paylater adalah system pinjaman online tanpa menggunakan kartu kredit.  Layanan ini memudahkan konsumen untuk digunakan saat  melakukan satu transaksi. Konsumen akan membayar tagihannya di kemudian hari.

Pengguna paylater tetap dikenakan bunga atau biaya atas pinjaman yang diambil saat membeli suatu produk/jasa di belanja online. Biaya atau bunga tergantung dari aturan yang ditentukan perusahaan pembiayaan yang bekerja sama dengan paylater atau e-commerce.

Sedangkan pinjaman online adalah pinjaman yang dilakukan lewat lembaga jasa keuangan yang fungsinya menyalurkan pinjaman tunai kepada kita. Nah bunga atas pinjmanan online ini dikenakan oleh perusahaan penyedia pinjaman online cukup tinggi. Lebih tinggi dari suku bunga pinjaman kartu kredit pada umumnya.

Ada seorang mahasiswa yang belum bekerja sama sekali, artinya dia belum punya kemampuan untuk membayar pinjaman. Si A ini tergiur dengan tawaran untuk travelling karena hampir semua temannya sudah punya rencana untuk liburan, sementara dirinya belum punya rencana.


Begitu dia baca ada penawaran dari travelling dengan cicilan, dia pikir bisa membayar cicilan hingga 6 kali itu murah, dia bisa minta uang kepada ayah atau ibunya untuk bantu cicil.  Lalu diambillah paket travelling itu.

Di bulan pertama, dia sudah mulai merengek kepada ayah untuk bisa membayarkannya. Di bulan kedua dia merengek kepada ibunya, bulan ketiga, dia mulai pusing bagaimana membayarnya karena tidak mungkin minta uang kepada ayah/ibunya karena untuk biaya kuliah saja sudah cukup berat bagi ayah/ibunya.  

Pusing dengan tagihan yang membelit tiap bulan, dia baru sadar bahwa dia seharusnya tak boleh menggunakan fitur paylater tanpa ada kemampuan bayar.

Mahasiswi yang lainnya, ingin sekali beli tiket konser musik dari grup musik yang disukainya. Ini kesempatan yang tak bisa dilalui, katanya dalam hati. 

"Tapi harga tiket kok mahal sekali. Bagaimana aku bisa beli yah? Ah, nanti pasti ada jalan, kan masih satu bulan tagihannya!”

Jadi tanpa pikir panjang mahasiswi ini beli tiket konser musik lewat fitur “paylater”. Ketika terasa satu bulan pun berjalan, tagihan sudah datang.  

Dia mulai panik,  wah dari mana uang untuk bayar tiap bulan (dia ambil cicilan 6 bulan dari harga tiket Rp1.500.000 artinya Rp250.000 tiap bulan harus dibayarnya.

Kebingungan terjadi karena dia juga belum ada passive income atau uang pemasukan sama sekali. Lalu, dia terpaksa gunakan pinjol untuk mengcover dana tagihan paylater.   

Kesalahannya adalah dia menggunakan dana pinjol yang berbeda fungsinya (seharusnya untuk usaha kecil yang membutuhkan dana tunai)  bukan untuk konsumtif. Gali lubang tutup lubang adalah satu hal yang membuat dirinya masuk dalam jerat  konsumtif yang taka da habisnya.


Tips menghindari paylater


1. Sadar dari kecanduan belanja


Seseorang baru menyadari dampak finansial setelah datang dan menumpuknya tagihan paylater. Jika gagal bayar akan berujung stress.

Meskipun terlambat, kamu bisa melepaskan diri dari jerat paylater. Langkah pertama adalah sadar bahwa kamu harus bebas dari candu belanja.

Setiap kali ada dorongan untuk belanja impulsif, katakan kepada diri sendiri, stop saya tidak bisa belanja ini.  Ini bukan kebutuhan tapi keinginan, saya tak masuk dalam lubang jerat paylater.


2. Lunasi tagihan dan non-aktifkan layanan Paylater


Untuk membeli barang yang dibutuhkan, baiknya menabung dulu. Setelah terkumpul dananya, belilah secara tunai di gerai-gerai offline.  

Hindari belanja online. Dengan stop belanja online, kamu bisa focus melunasi semua tagihan yang ada sehingga lunas semuanya.

Uninstall semua fitur “Paylater” sehingga tidak ada kesempatan bagimu untuk gunakan pembayaran paylater lagi.
 

3. Biasakan beli offline


Untuk belanja barang-barang besar seperti elektronik, usahkan belanja dengan cara offline, gunakan tunai atau kartu debit. Jangan menggunkan kartu kredit . Kebiasaan dan mindset harus diatur “tidak belanja jika tidak ada uang”. 

Punya opini atau artikel untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".

Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.