Review Buku 'Angsa dan Kelelawar' karya Keigo Higashino: Perjalanan Mendalam ke dalam Kompleksitas Moral

Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino (Sumber gambar: Gramedia)

Like

Dalam dunia novel misteri, sedikit penulis yang mampu memikat pembaca seperti Keigo Higashino.

Karya terbarunya, "Angsa dan Kelelawar", yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tanggal 4 Mei 2023, menyajikan narasi yang tidak hanya menarik tetapi juga menjelajahi kompleksitas emosi manusia dan ambigu moral.

Pada intinya, "Angsa dan Kelelawar" adalah kisah dua keluarga yang terjebak dalam pusaran tragedi dan kecurigaan.

Kehidupan Mirei dan Kazuma, anak-anak dari keluarga Shiraishi dan Kuraki masing-masing, bertabrakan ketika patriarki keluarga Shiraishi, Kensuke, ditemukan dibunuh secara brutal.

Baca Juga: Review Novel Senja di Alaska: Perjalanan Emosional dalam Pencarian Cinta dan Identitas


Saat penyelidikan terungkap, ayah Kazuma, Tatsuro, mengaku sebagai pelaku kejahatan tersebut, menghancurkan kedamaian rapuh antara kedua keluarga dan menjatuhkan mereka ke dalam pusaran keraguan dan ketidakpercayaan.

Yang membedakan novel Higashino adalah perhatiannya yang teliti terhadap pengembangan karakter dan nuansa moral.

Melalui perjalanan Mirei dan Kazuma untuk mengungkap kebenaran, pembaca ditarik ke dalam jaring laba-laba emosi yang bertentangan dan dilema etika.

Penulis dengan mahir menjelajahi kompleksitas hubungan manusia, merangkai narasi yang mengeksplorasi tema-tema seperti kejujuran, kesetiaan, dan sifat keadilan itu sendiri.

Salah satu aspek paling menarik dari novel ini adalah gambaran perjuangan internal protagonisnya. Mirei dan Kazuma terbelah antara kesetiaan pada keluarga mereka dan pengejaran keadilan.

Saat mereka menyelidiki lebih dalam misteri di balik kematian Kensuke, mereka terpaksa menghadapi kebenaran yang tidak nyaman tentang orang-orang yang mereka cintai dan diri mereka sendiri.

Baca Juga: Novel Terbaru Melangkah Karya J.S. Khairen: Petualangan Epik dengan Sentuhan Pahlawan

Perjalanan mereka bukan hanya pencarian jawaban tetapi juga perjalanan penemuan diri, saat mereka bergulat dengan ambiguitas moral pilihan mereka.