Akuntan Praktisi dan Akuntan Pendidik

Education (Sumber gambar: theconversation.com)

Like

Siapa saja yang memiliki minat yang tinggi dalam bidang akuntansi dan ingin atau memiliki cita – cita untuk menekuni bidang akuntansi tentu saja perlu memahami berbagai tantangan yang akan dihadapi dalam profesi tersebut.

Sejak memasuki jaman akuntansi modern yang ditandai dengan terbitnya double entry bookkeeping yang dikemukakan oleh Luca Pacioli, bidang keilmuan akuntansi terus mengalami perkembangan yang pesat.

Bahkan, seringkali bidang akuntansi berkolaborasi dengan bidang ilmu pengetahuan lainnya sehingga menghasilkan cabang baru dalam bidang akuntansi.

Beberapa jenis cabang bidang akuntansi modern antara lain akuntansi perusahaan atau akuntansi bisnis, akuntansi perpajakan, akuntansi sektor publik, akuntansi forensik, dan berbagai bidang akuntansi lainnya. Selain itu, barangkali masih ada berbagai cabang baru lainnya dalam akuntansi yang sedang dikaji oleh para ahlinya.

Secara garis besar profesi akuntan dapat digolongkan menjadi dua yaitu akuntan praktisi dan akuntan pendidik. Akuntan praktisi seperti yang disebutkan di atas terdiri dari berbagai cabang yang antara lain akuntan perusahaan, akuntan perpajakan, akuntan sektor publik, akuntan forensik, dan lainnya.


Di sisi lain, akuntan pendidik terdiri dari guru akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dosen akuntansi di berbagai jenjang Pendidikan (Diploma 1, Diploma 2, Diploma 3, Diploma 4, Sarjana, Magister, dan Doktor). Dengan demikian, apakah ada perbedaan antara akuntan praktisi dengan akuntan pendidik?

Sebenarnya akuntan praktisi dan akuntan pendidik sama – sama harus memahami konsep dasar akuntansi. Akuntan praktisi dan akuntan pendidik juga harus mengikuti perkembangan dalam bidang ilmu akuntansi yang pada saat ini tampaknya mengalami perkembangan yang pesat, misalnya dalam hal pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK), International Financial Accounting Standards (IFRS), dan juga pemahaman dalam sistem informasi akuntansi yang banyak mengalami perkembangan. Dengan demikian, yang berbeda antara akuntan praktisi dan akuntan pendidik adalah tantangannya.

Contohnya adalah akuntan perusahaan. Beberapa hal yang menjadi tantangan praktisi akuntan perusahaan antara lain kemampuan menyusun anggaran yang efektif dan efisien, kemampuan menjaga umur piutang dagang atau account receivable, kemampuan mengelola hutang perusahaan, kemampuan mengelola aset perusahaan, mengelola kas perusahaan, dan sebagainya.

Contoh lainnya adalah praktisi akuntan forensik yang memiliki tantangan antara lain membantu memecahkan indikasi terjadinya fraud atau kecurangan pengelolaan keuangan di suatu organisasi, menghadiri pengadilan untuk betindak sebagai saksi ahli dalam kasus indikasi fraud atau kecurangan suatu organisasi, dan tentu saja akan terdapat pula berbagai risiko besar lainnya yang akan dihadapi oleh seorang akuntan forensik.

Dapat disimpulkan bahwa beberapa kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang akuntan praktisi antara lain kemampuan untuk menghadapi customer, kemampuan untuk menghadapi supplier, kemampuan untuk menghadapi pemeriksaan pajak, kemampuan untuk menghadapi klien, dan sebagainya.

Praktisi akuntan mungkin tidak memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal mentransfer ilmu kecuali ketika mereka diundang sebagai pemakalah di suatu forum diskusi.

Perbedaannya dengan akuntan pendidik adalah tantangan yang seringkali dihadapi akuntan pendidik antara lain kemampuan mendidik dan public speaking karena tentu saja akan sering melakukan presentasi baik di depan siswa dan mahasiswa.

Bahkan, seorang akuntan pendidik juga memiliki tanggung jawab untuk mentransfer ilmu kepada masyarakat luas yang antara lain melalui wadah seminar nasional dan seminar internasional.

Seorang akuntan pendidik harus memiliki kemampuan dalam hal menyampaikan materi kepada peserta didik agar para peserta dapat memahami dengan mudah materi yang disampaikan tersebut.

Jadi, selain memahami konsep dasar akuntansi, seorang akuntan pendidik juga harus memahami konsep – konsep pendidikan. Mungkin bagi seorang guru akuntansi di SMK akan lebih terasa tantangan – tantangan dalam mendidik siswa.

Seorang dosen akuntansi di Perguruan Tinggi juga memiliki tantangan yang antara lain kewajiban untuk mengadakan penelitian dan pengabdian masyarakat di samping kegiatan mengajar di kelas.

Dengan demikian, seorang akuntan profesional sebenarnya tidak hanya berperan sebagai back office di suatu perusahaan atau organisasi.

Tidak mungkin seorang akuntan hanya berada dan bertanggung jawab di belakang meja di sebuah kantor perusahaan atau institusi.

Namun, seorang akuntan profesional, baik akuntan praktisi maupun akuntan pendidik, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap berbagai stakeholder.