3 Pertimbangan jadi Full Timer IRT, Jangan Sampai Nyesel

Ilustrasi full timer ibu rumah tangga (Sumber gambar : pexels.com/Emma Bauso)

Ilustrasi full timer ibu rumah tangga (Sumber gambar : pexels.com/Emma Bauso)

Like

Ibu rumah tangga adalah sebuah profesi yang sering dipandang sebelah mata atau hanya dianggap sebagai seorang pengangguran.

Padahal profesi ini merupakan profesi yang membutuhkan kerja keras dan mempunyai status yang cukup mulia. Bagaimana tidak membutuhkan kerja keras? kalau jam kerjanya saja dari pagi hari sampai malam hari, tak ada hentinya.

Hanya karena bekerja untuk keluarga dan tidak menghasilkan cuan, maka banyak yang menganggap ibu rumah tangga adalah seorang pengangguran.

Faktor inilah yang membuat banyak wanita karir yang sudah berkeluarga berpikir ulang untuk menjadi seorang full timer ibu rumah tangga.

Banyak ketakutan yang dipikirkan seorang wanita ketika dihadapkan dalam situasi memilih antara tetap menjadi wanita karir atau beralih profesi menjadi full timer IRT (Ibu rumah Tangga). banyak yang berpikir memilih tetap bekerja berarti akan menelantarkan anak dan keluarga.


Padahal anak sangat membutuhkan perhatian seorang ibu atau memilih menjadiI RT akan tetapi penghasilan akan berkurang dan berdampak pada finansial keluarga. Lebih baik pertimbangkan beberapa hal ini, sebelum akhirnya memutuskan menjadi full time IRT.
 

1. Tulang Punggung Keluarga

Apabila dalam sebuah keluarga pencari nafkah utama adalah si ibu, alangkah baiknya berpikir ulang untuk resign. Mungkin berbagi tugas dengan si ayah untuk mengurus anak-anak dan urusan rumah tangga bukanlah ide buruk.

Pembagian tugas ini akan meringankan beban pikiran sebagai seorag ibu yang merangkap sebagai seorang wanita pekerja.