Pengelolaan diri yang tidak tepat di tempat kerja toksik bisa mempengaruhi kesehatan mental. Sumber gambar: Adobe Express
Likes
Idealnya sih ya Be-emers, kalau bisa kita kerja di tempat yang tidak toxic. Pertama, gaji pas atau di atas Upah Minimum Regional (UMR) sedikit lah ya. Kedua, beban kerja yang diberikan jelas dan jumlahnya normal. Ketiga, rekan kerja atau tidak membuat emosi, dan lain-lain.
Tapi apa boleh buat? Ada kalanya di tempat kerja kita ada salah satu atau salah banyak muncul di antara hal-hal di atas.
Betul sih, ada pepatah, "Tak ada gading yang tak retak". Atau tak akan habis ujian kalau kita masih hidup. Atau tak akan naik kelas seseorang kalau tidak ada tantangan. Betul?
Entahlah. Tapi yang pasti, memang biasanya tidak ada yang sempurna. Jadi, mari kita coba kurangi risiko kerja di tempat kerja toksik dengan cara-cara berikut.
Baca Juga: Negosiasi Gaji di Tempat Kerja? Begini Caranya!
Entahlah. Tapi yang pasti, memang biasanya tidak ada yang sempurna. Jadi, mari kita coba kurangi risiko kerja di tempat kerja toksik dengan cara-cara berikut.
Baca Juga: Negosiasi Gaji di Tempat Kerja? Begini Caranya!
Mengatasi Tempat Kerja yang Toxic
Gaji Rendah
Adanya UMR sebenarnya untuk mengatur batas minimal gaji yang diterima oleh karyawan, sehingga kebutuhan pokoknya bisa dipenuhi.
Bukan tidak bersyukur, tapi kalau gaji yang diterima terlalu rendah, akan berdampak pada kebutuhan pokok tidak dapat dipenuhi, tidak bisa menabung untuk hal-hal yang penting seperti menabung untuk mendapatkan tempat tinggal atau hunian, tidak bisa menyimpan uang untuk dana darurat, tidak bisa investasi, tidak bisa meliburkan diri sejenak dari aktivitas yang padat, dan yang lain.
Bukan tidak bersyukur, tapi kalau gaji yang diterima terlalu rendah, akan berdampak pada kebutuhan pokok tidak dapat dipenuhi, tidak bisa menabung untuk hal-hal yang penting seperti menabung untuk mendapatkan tempat tinggal atau hunian, tidak bisa menyimpan uang untuk dana darurat, tidak bisa investasi, tidak bisa meliburkan diri sejenak dari aktivitas yang padat, dan yang lain.
Gaji di bawah standar akan membuat masalah menjadi semakin kompleks, jika waktu yang dimiliki karyawan diminta semua oleh tempat kerja tersebut. Misal, UMR Rp2.200.000,- tetapi gaji yang diterima Rp900.000,- dan jam kerjanya delapan jam, yaitu jam 07.00 hingga jam 15.30.
Ini akan berdampak pada, karyawan tersebut tidak bisa mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya.
Ini akan berdampak pada, karyawan tersebut tidak bisa mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya.
Untuk mengatasi hal ini, yang pertama disarankan adalah resign, setelah dapat pekerjaan baru, artinya cari pekerjaan baru dulu, hingga didapatkan.
Yang kedua, kuatkan diri untuk mencari penghasilan tambahan di luar jam kerja. Yang ketiga, atur keuangan secermat mungkin. Yang ketiga ini tidak bisa berdiri sendiri, harus digabung dengan saran pertama dan kedua.
Yang kedua, kuatkan diri untuk mencari penghasilan tambahan di luar jam kerja. Yang ketiga, atur keuangan secermat mungkin. Yang ketiga ini tidak bisa berdiri sendiri, harus digabung dengan saran pertama dan kedua.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.