Keberangkatan Haji Batal, Garuda Indonesia (GIAA) Bakal Kehilangan Pendapatan 10 Persen! BUY or SELL?

Penerbangan haji itu berkontribusi sekitar 10 persen terhadap pendapatan Garuda Indonesia. (Sumber foto: Garuda Indonesia)

Penerbangan haji itu berkontribusi sekitar 10 persen terhadap pendapatan Garuda Indonesia. (Sumber foto: Garuda Indonesia)

Like

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memperkirakan potensi pendapatan dari penerbangan haji yang biasanya berkontribusi sekitar 10 persen bakal raib pada tahun ini karena pemerintah membatalkan keberangakatan calon jemaah haji.

Proyeksi kehilangan pendapatan ini menyusul keputusan Kementerian Agama untuk meniadakan ibadah haji pada tahun ini karena pandemi Covid-19 masih belum mereda, termasuk di Arab Saudi.

Seperti dilansir Bisnis.com, Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra mengatakan akan mencari potensi pendapatan dari segmen lain seperti charter dan kargo untuk mengantisipasi potensi penurunan pendapatan.

“Penerbangan haji itu berkontribusi sekitar 10 persen terhadap pendapatan Garuda Indonesia di tahun-tahun sebelumnya. Maka, kami akan pendapatan dari tempat lain,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (2/6/2020).


Nih gaes, untuk informasi aja, pada tahun lalu, pendapatan haji perusahaan pelat merah dengan kode saham GIAA ini berkontribusi sebesar US$249,9 juta atau sekitar 5?ri total pendapatan sebesar US$4,57 miliar. 

Sementara itu, penerbangan kargo berkontribusi sebesar US$326,93 juta, atau sekitar 7 persen terhadap pendapatan. Penerbangan charter non-haji berkontribusi hanya US$15,63 juta.

Analis Mirae Aset Sekuritas Lee Young Jun berpendapat potensi hilangnya pendapatan Garuda akan semakin menekan kinerja perusahaan tersebut. Upaya mengandalkan penerbangan kargo dan charter, serta melakukan efisiensi dinilai tak akan cukup untuk mendongkrak kinerja. Hal itu dinilai taka akan cukup menghindarkan Garuda dari pertumbuhan laba negatif pada 2020.


Dalam risetnya, Jun menetapkan rekomendasi jual atau sell saham GIAA . Adapun, target harga tetap dipertahankan pada level Rp195 per saham. Gimana menurut pendapat kalian? Beli atau jual? Share di box komentar ya!

“Pandangan pesimis kami disebabkan oleh kondisi industri penerbangan yang terdampak langsung Covid-19, perkembangan virus corona yang tak terprediksi, dan risiko solvabilitas,” ujar Jun.