Pengin Nerapin Quiet Quitting? Ini Pertimbangannya!

Menerapkan quiet quitting, apa saja yang perlu dipertimbangkan (Sumber : Pixabay.com)

Menerapkan quiet quitting, apa saja yang perlu dipertimbangkan (Sumber : Pixabay.com)

Like

Kamu kalo kerja, tipe yang kayak apa nih guys? Tipe hustle culture dan going for extra miles atau tipe santuy yang penting kerjaan beres?

Kalo aku sih yang kedua ya. Kalo kata Mahand & Caldwell, fenomena ini disebut quit quitting di mana karyawan tidak memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan tambahan dari pekerja lain yang disebabkan oleh tingginya tuntutan suatu perusahaan demi menjaga kesehatan fisik dan mentalnya.

Mengamini Mahand & Caldwell, data yang dihimpun oleh Gallup At Work juga menunjukkan sedikitnya 50 persen tenaga kerja di Amerika Serikat menerapkan prinsip quite quitting sejak paruh kedua 2021. 


Pertimbangan Sebelum Menerapkan Quite Quitting

Kamu tertarik nerapin sistem quite quitting juga? Eits tunggu, perhatiin hal-hal ini dulu ya sebelum mutusin : 

1. Tanyakan ke dirimu lagi, apa sebenarnya tujuanmu bekerja

Memang benar semua orang bekerja demi dapat uang, tapi apakah kamu punya tujuan lain dalam jangka panjang seperti pengembangan karir atau peningkatan ilmu dan pengalaman?

Baca Juga: Fenomena Quiet Quitting, Bagaimana Dampak Positif dan Negatifnya?

Lalu, apakah kamu sudah puas dengan job desk dan gaji yang kamu miliki sekarang? 

 

2. Analisis jenis pekerjaanmu saat ini

Enggak semua pekerjaan bisa quite quitting lho. Coba lihat dan analisis dulu, adakah tugas yang bisa kamu kerjakan pakai AI, program khusus atau sistem otomatisasi supaya cepat?

Kalo enggak, apakah kamu rela resign demi mengubah jalur karirmu jadi lebih santuy?