Likes
Capsule Wardrobe dan Fast Fashion
Saya memang tidak terlalu mengikuti tren, apalagi dalam dunia fashion. Bagi saya, jika ada peragaan busana, saya memandangnya ada tren-tren pakaian yang semakin aneh.Ada yang gaun terbalik, dipasang di samping, sepatu dengan hak tinggi sekali. Dandanan yang menor. Itupun disaksikan oleh banyak orang, yang katanya pengagum fashion itu.
Capsule wardrobe, ini tidak ada kaitannya dengan kapsul obat yang biasa dibeli di apotek itu. Capsule wardrobe secara sederhananya adalah masih menggunakan bahan-bahan yang ada, atau pakaian yang ada untuk dikenakan di badan. Tinggal memadupadankan saja. Tinggal divariasikan saja.
Mungkin di lemari kita masih banyak pakaian yang sudah lama tidak dipakai. Selama masih bagus, warnanya masih oke, tidak ada yang robek maupun rusak, maka itu masih bisa dikenakan.
Bila kita memiliki cermin selebar badan, maka itu akan menambah daya kreativitas kita dalam menggunakan pakaian yang dipadupadankan itu. Sudah pas belum di badan kita sendiri?
Lawannya, maksudnya dalam hal ini adalah kebalikannya, yaitu: fast fashion. Fast berarti cepat. Orang dengan pemahaman fast fashion, maka dia akan selalu mengikuti tren fashion masa kini. Sekarang trennya apa, maka itu yang ditiru.
Orang yang berpandangan fast fashion ini biasanya memiliki kemampuan finansial yang lebih, sih. Jadi, mereka bisa terus membeli pakaian-pakaian baru dan itu tadi, sesuai dengan tren.
Capsule wardrobe maupun fast fashion tetap dikaitkan dengan dua hal yang saya sebutkan di awal tulisan ini, yaitu: mencolok perhatian atau yang nyaman.
Bisa saja, meskipun capsule wardrobe, tetapi ingin juga menarik perhatian orang. Tampil ngejreng, tanpa harus bermain gitar yang bunyinya jreng, jreng, jreng!
Baca Juga: Capsule Wardrobe Muncul karena Fast Fashion, Siapa yang Bakal Lebih Bersinar?
Memang sih, untuk urusan pakaian ini dikembalikan kepada masing-masing orang. Negara memang tidak bisa mengatur lebih jauh, kecuali untuk kondisi khusus.
Misalnya, saat di sekolah. Murid maupun guru ada aturan seragamnya sendiri. Misalnya murid pakaiannya putih merah untuk SD, putih biru untuk SMP, putih abu-abu untuk SMA.
Sedangkan guru ada pakaian dinasnya juga. Tidak mungkin bukan ada guru datang ke sekolah pakai daster? Meskipun yah, arti dari daster itu adalah cerdas dan pinter, tetapi sangat tidak pas untuk dikenakan di sekolah, apalagi saat mengajar pula.
Begitu pula dengan instansi pemerintah. Hari Senin sampai Jum'at, ada aturan-aturan tersendiri. Termasuk, dalam hal ini adalah pakaian yang dikenakan ketika perjalanan dinas. Setiap lembaga bisa memiliki aturan yang berbeda, tergantung pimpinan masing-masing.
Lalu, apa yang bisa mengatur untuk semua orang? Sedangkan aturan negara tidak bisa mencakup semuanya. Jawabannya adalah aturan agama, yang dalam hal ini adalah aturan agama Islam seperti yang saya anut.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.