Pendidikan Seputar Pertanian Masih Jauh dari Anak Muda
Dari sisi pendidikan, kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah sering kali tidak cukup memberikan pengetahuan tentang pertanian modern.Banyak anak muda yang tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang peluang karir di sektor pertanian. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat bahwa pendidikan pertanian di sekolah-sekolah masih dianggap kurang menarik dan tidak relevan dengan kebutuhan pasar saat ini.
Hal ini berdampak pada rendahnya minat anak muda untuk mendalami bidang pertanian.
Dalam konteks global, minat anak muda untuk berkontribusi dalam sektor pertanian juga dipengaruhi oleh tren urbanisasi yang semakin meningkat.
Menurut BPS, lebih dari 50% populasi Indonesia kini tinggal di daerah perkotaan, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat.
Urbanisasi ini menyebabkan anak muda lebih memilih untuk mencari peluang kerja di kota daripada kembali ke desa untuk menjadi petani.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk menciptakan kebijakan yang dapat menarik minat generasi muda untuk terlibat dalam pertanian.
Baca Juga: Mencari Cuan Lewat Usaha Beras di Kecamatan Babulu
Faktor Ekonomi & Sosial juga Mempengaruhi Anak Muda
Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab utama menurunnya minat anak muda untuk menjadi petani. Dalam banyak kasus, anak muda lebih memilih pekerjaan di sektor non-pertanian yang menawarkan gaji yang lebih tinggi dan stabil.Data dari BPS menunjukkan bahwa sektor industri dan jasa menyerap lebih dari 70% tenaga kerja muda di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ada daya tarik yang lebih besar pada sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan pertanian.
Selain itu, kondisi ekonomi di pedesaan sering kali tidak mendukung. Banyak petani yang menghadapi masalah akses pasar dan harga jual yang tidak stabil.
Menurut Kementerian Pertanian, sekitar 30% petani mengalami kerugian setiap tahunnya akibat fluktuasi harga. Ketidakpastian ini membuat anak muda ragu untuk terjun ke dalam dunia pertanian, karena mereka khawatir tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Dari sisi sosial, terdapat juga pengaruh dari lingkungan sekitar yang membuat anak muda enggan untuk menjadi petani. Banyak anak muda yang terpengaruh oleh teman-teman sebaya dan media sosial yang seringkali mempromosikan gaya hidup urban.
Mereka lebih tertarik untuk mengejar karir di bidang yang dianggap lebih modern dan trendi. Sebagai contoh, banyak anak muda yang bercita-cita menjadi influencer, pengusaha, atau profesional di bidang teknologi, sementara profesi petani dianggap kuno dan tidak menarik.
Pendidikan juga berperan penting dalam membentuk pandangan anak muda terhadap pertanian. Banyak sekolah yang tidak memberikan pendidikan yang cukup tentang pentingnya sektor pertanian dan peluang yang ada di dalamnya.
Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian, hanya 20% anak muda yang memiliki pengetahuan tentang teknologi pertanian modern. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan dalam pemahaman dan minat anak muda terhadap pertanian.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat.
Pemerintah harus menciptakan program-program yang menarik minat anak muda untuk terlibat dalam pertanian, seperti memberikan pelatihan teknologi pertanian dan akses terhadap modal usaha.
Selain itu, kampanye untuk meningkatkan citra profesi petani juga perlu dilakukan agar anak muda melihat pertanian sebagai pilihan karir yang menjanjikan.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.