Ketika Satu Kantor dengan Pasangan, Bagaimana Rasanya?

Like

Bolehkah 1 Kantor dengan Pasangan?

Saat ada sebuah kantor yang isinya ada suami dan istrinya, maka sebenarnya dikembalikan kepada aturan yang berlaku. Boleh tidaknya itu tergantung peraturan yang sebelumnya telah ditetapkan. Jika memang boleh, maka silakan diteruskan, jika tidak boleh, maka jangan diteruskan.  

Teman saya yang bekerja di Badan Pusat Statistik, pernah satu kantor dengan istrinya. Namun, sekarang suaminya, alias teman saya tersebut, dimutasi ke kabupaten sebelah.

Mungkin ini adalah aturan dari instansi tersebut bahwa tidak boleh berada satu kantor dengan pasangan. 

Sebenarnya, satu kantor dengan pasangan itu memang cukup asyik. Berangkat kerja bersama, pulang pun bisa bersama. Ketika ada perjalanan keluar kota, bisa bersama lagi.

Saat ada sebuah pekerjaan yang sulit terpecahkan, lebih mudah untuk memecahkan piring daripada memecahkan pekerjaan tersebut, maka pasangannya bisa membantu.


Misalnya, saat ada pekerrjaan yang punya deadline mepet, maka pasangannya akan mengerahkan tenaga agar cepat selesai. Yah, meskipun bunyinya mengerahkan tenaga, tetapi tidak perlu sampai mengerahkan tenaga dalam bukan? 

Berada satu kantor dengan pasangan juga meminimalisir adanya bibit-bibit perselingkuhan. Saya pernah menonton sebuah video bahwa potensi yang cukup besar berselingkuh itu adalah di dalam kantor atau tempat kerja.

Bagaimana tidak, frekuensi interaksi yang intens, kedekatan yang berbalut suasana kerja, apalagi dandanan si perempuan yang cukup menarik, membuat perselingkuhan makin mudah terjadi. 

Bibit perselingkuhan makin terpupuk dengan subur ketika perjalanan dinas atau perjalanan dalam rangka kerja di luar kota. Mereka bisa mencari waktu bersama, jalan berdua, atau mencari kesempatan dalam kesempitan.

Potensi semacam itu bisa muncul, seandainya salah satunya dalam keadaan rumah tangga yang bermasalah. Meskipun, yah, perselingkuhan bisa saja terjadi saat rumah tangga justru baik-baik saja. Kok bisa, ya? Ya, memang bisa. 

Namun, negatifnya berada satu kantor dengan pasangan adalah dapat muncul salam pahah, aduh salah tulis, yang benar adalah salah paham. Contohnya, ketika ada teman laki-laki duduk berdekatan dengan istri temannya, maka suaminya melihatnya dan tiba-tiba marah tanpa tahu kejadian yang sebenarnya.

Salah paham ini juga ketika si istri dipanggil masuk ke ruangan bos dan mereka cuma berdua! Waduh, kira-kira di benak suaminya yang satu kantor itu apa, ya? Tidak cuma sekali, tetapi berkali-kali seperti itu. Hem, makin salah sangka bukan?  

Hal lain yang bisa terasa negatif adalah anak-anak yang tidak terlalu diurus. Kedua orang tuanya bekerja semua dan berada di luar rumah semua, maka anak-anaknya bagaimana?

Sama siapa? Apakah dengan keluarga lain? Atau dengan pembantu? Pembantunya apa juga, nih? Apakah pembantu dekan ataukah pembantu rektor?
 

Disesuaikan Kondisinya

Berada satu kantor dengan pasangan memang sekali lagi ada sisi baiknya, bisa juga ada sisi buruknya. Dan, kondisi baik atau buruk itu memang dikembalikan kepada pasangan suami istri yang sedang menjalaninya. Apakah sama-sama bekerja di kantor itu adalah pilihan yang baik?

Ataukah ada yang lebih baik? Ataukah ada yang mau resign salah satunya? Misalnya, ketika si istri mau fokus di rumah dan mengurus anak-anak, apakah si istri mau resign?

Kalau saya sendiri, sih, menyarankan istri di rumah saja, menjaga dan mendidik anak-anak. Dia tidak perlu bekerja mencari uang seperti suaminya.

Kalau suami memang wajib mencari nafkah, tetapi istrinya tidak wajib. Perempuan yang bekerja di luar rumah apalagi di kantor itu memang bisa memunculkan fitnah. Dan, fitnah selalunya lebih kejam daripada fitness!

Godaan dari sesama teman laki-laki bisa muncul sewaktu-waktu. Godaannya pun halus sekali, melebih kulit halus karena skincare.

Apalagi perempuan ketiika keluar rumah, maka setan akan selalu menghiasinya. Membuatnya tampil cantik di mata setiap laki-laki yang memandangnya. Dan, laki-laki bisa terjatuh ke dalam fitnah tersebut jika tidak waspada. 

"Ingat, kejahatan bukan hanya terjadi karena ada niat, tetapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!"

Itu kata Bang Napi, entahlah dia sukanya napi goreng atau napi kuning! 

#Mon-FridayFebruari






---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Whatsapp Group kami! Klik di sini untuk bergabung