Like
Bagaimana dengan Lulusan Perguruan Tingginya?
Kompetisi dunia kerja semakin berat. Banyak perusahaan mengeluhkan lulusan perguruan tinggi yang belum siap kerja baik dari sisi kompetensi teknis maupun soft skill.Kamu enggak bisa hanya mengandalkan ijazah untuk bersaing dengan berbagai pelamar.
Ini menjadi tanda bahwa universitas harus benar-benar fokus bukan hanya pada berapa banyak mahasiswa yang mereka hasilkan, tapi juga bagaimana kualitas lulusan yang mereka ciptakan.
Kuantitas Tanpa Mutu Bisa jadi Masalah Baru
Peningkatan jumlah perguruan tinggi, khususnya universitas, memang memperluas akses masyarakat terhadap pendidikan tinggi.Namun, jika tidak dibarengi dengan peningkatan mutu, hal ini justru dapat melahirkan masalah baru dalam ekosistem pendidikan Indonesia.
Saat ini, banyak perguruan tinggi negeri, terutama yang berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH), membuka atau memperluas program studi secara besar-besaran.
Targetnya tampak seperti ingin menampung lebih banyak mahasiswa atau mengejar peningkatan pendapatan institusi.
Sayangnya, ekspansi ini tidak selalu diikuti dengan kesiapan dalam hal kurikulum, laboratorium, riset, atau kualitas dosen.
Sementara itu, di sisi lain, banyak perguruan tinggi swasta kecil berada dalam kondisi "hidup segan mati tak mau".
Baca Juga: Menemukan Solusi dari Masalah Pendidikan Nasional
Mereka kesulitan memenuhi standar minimal akreditasi, kekurangan mahasiswa, dan minim dalam inovasi akademik. Perguruan tinggi seperti ini sebenarnya lebih membutuhkan strategi konsolidasi ketimbang terus dipertahankan hanya demi jumlah.
Idealnya, perguruan tinggi besar, apalagi yang sudah mapan, sudah harus mulai berfokus pada peningkatan kualitas, bukan hanya kuantitas. Fokus utama seharusnya pada:
- Kualitas lulusan, yang tidak hanya kompeten secara akademik tetapi juga adaptif terhadap kebutuhan dunia kerja global.
- Kualitas riset, dengan meningkatkan kontribusi publikasi ilmiah, inovasi teknologi, paten, serta pengabdian kepada masyarakat yang berdampak nyata.
- Memperketat pendirian perguruan tinggi baru, dengan menetapkan standar minimal yang ketat, baik dari segi dosen, fasilitas, riset, hingga komitmen terhadap inovasi.
- Mendorong konsolidasi kampus kecil, terutama yang tidak memenuhi standar minimal akreditasi dan kualitas. Konsolidasi ini bisa berbentuk merger beberapa perguruan tinggi kecil menjadi satu institusi yang lebih kuat, atau akuisisi oleh perguruan tinggi yang lebih mapan.
- Langkah konsolidasi ini tidak hanya akan meningkatkan efisiensi sumber daya, tetapi juga mengurangi jumlah "kampus zombie" yang hanya memperburuk reputasi pendidikan tinggi nasional. Fokus harus beralih dari "banyak" menjadi "berkualitas", dari "menampung" menjadi "menghasilkan", dan dari "memperbanyak gelar" menjadi "memperdalam kompetensi".
Indonesia patut bangga karena berhasil meningkatkan akses pendidikan tinggi bagi warganya. Tapi kebanggaan itu harus dibarengi kesadaran: banyaknya universitas tak berarti apa-apa jika tidak menghasilkan lulusan berkualitas.
Bangsa besar tidak hanya diukur dari jumlah kampusnya, tetapi dari seberapa besar kontribusi lulusannya dalam membangun masa depan.
Kini saatnya kita berpikir lebih kritis: bukan lagi soal berapa banyak universitas yang ada, tetapi sebaik apa universitas-universitas itu mendidik generasi penerus bangsa.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Whatsapp Group kami! Klik di sini untuk bergabung
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.