Menemukan Solusi dari Masalah Pendidikan Nasional

Pendidikan Indonesia bukan hanya tentang kurikulum, Un atau AN dan Zonasi. Frepik.com

Pendidikan Indonesia bukan hanya tentang kurikulum, Un atau AN dan Zonasi. Frepik.com

Like

Apa yang terpikirkan olehmu ketika berbicara mengenai pendidikan Indonesia? Tentang kurikulum yang berubah-ubah, pro dan kontra Ujian Nasional (UN) atau Asesmen Nasional (AN) atau tentang masalah peliknya persyaratan masuk sekolah negeri?
 
Tiga hal tersebut memang tidak ada habisnya jika dibahas. Selalu menjadi permasalahan berulang dan perdebatan panjang dan terkesan stagnan di setiap tahunnya. 
 
Ganti menteri pendidikan ganti pula kurikulum pendidikannya. Sedangkan kurikulum lama masih diproses dan masih ada adatasi dengan kurikulum lama. 

Sehingga fokusnya bukan bagaimana pendidikan anak-anak tetapi guru-guru yang kembali sibuk beradaptasi dengan kebijakan baru dari pejabat baru.
 
Belum lagi masalah UN yang dulu menjadi tolak ukur kelulusan, kini digantikan oleh AN yang dinilai lebih komprehensif. Akan tetapi masih saja menuai pro dan kontra. 
 
Belum lagi masalah sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang diharapkan dapat menjadi alat pemerataan. Namun ternyata justru menimbulkan kegaduhan baru terkait keadilan dan akses.
 
Jika kita telaah lebih dalam, hal-hal tersebut menyisakan pertanyaan besar. Apakah benar ketiganya merupakan akar masalah dari pendidikan kita, Indonesia? Atau sebaliknya, merupakan efek dari permasalahan yang sebenarnya? 
 
Lantas apa masalah utamanya dan bagaimana langkah bijak yang seharusnya dilakukan?
 

Bagaimana Menghadapi Masalah Pendidikan?

Berikut adalah masalah dalam pendidikan yang mesti dipahami

1. Kesenjangan Kualitas Antar Daerah

Kondisi geografis menyebabkan sulitnya pemerataan baik tentang kesejahteraan, kesehatan juga pendidikan. Hal ini menyebabkan ketimpangan kualitas antara daerah perkotaan dan pedesaan. 
 
Di mana di kota besar biasanya cenderung memiliki fasilitas lengkap dan SDM yang lebih berkualitas, serta kemudahan akses ke teknologi.

Sebaliknya, di daerah terpencil biasanya masih kekurangan sarana dan prasarana. 
 

2. Kualitas dan Distribusi Guru

Bukan hanya masalah kurikulum, kita juga memiliki permasalahan kompleks mengenai tenaga pengajar (guru). Dari mulai distribusinya yang tidak merata hingga masalah kualitas pengajar dan kehidupan sosial mereka sendiri. 
 

3. Orientasi Pendidikan yang Kurang Kontekstual

Pencapaian hasil akademis seringkali menjadi tolak ukur sehingga melupakan konteks lokal serta kebutuhan riil peserta didik.

Hal tersebut membentuk kebiasaan pelajar sehingga mereka seringkali belajar hanya untuk menghafal dan mengesampingkan pemahaman. 
 

4. Minimnya Partisipasi Masyarakat

Tidak sedikit masyarakat yang menyerahkan tanggung jawab pendikan secara penuh kepada sekolah dan pemerintah.

Tanpa menyadari bahwa dukungan lingkungan keluarga dan komunitas sangat menentukan keberhasilan pendidikan.
 

5. Kebijakan yang Berubah Tanpa Evaluasi Mendalam

Tanpa evaluasi mendalam, perubahan dan peraturan langsung diterapkan.


Seolah kewajiban, menteri baru kurikulum harus baru. Hal tersebut menjadi masalah yang semakin kompleks serta menyebabkan kebingungan di lapangan.