Merajut Cerita Kehidupan dari Sebatang Cangkul: Perjuangan Kedaulatan Pangan yang Tak Kunjung Usai

Like

Kedaulatan Itu Nggak Bisa Instan, Bung

Kedaulatan pangan itu bukan slogan. Bukan pula hasil proyek uji coba tiga bulan. Dia butuh tekad yang nggak bisa dibikin dadakan.

Butuh keberpihakan sistemik. Harus ada keberanian menata ulang kebijakan dari hulu sampai hilir.

Daripada sibuk nyusun istilah bombastis kayak “lumbung pangan” atau “food estate” yang kadang ujung-ujungnya mangkrak kenapa enggak fokus bantu petani kecil?

Perkuat koperasi, permudah akses pupuk (halo Pupuk Kaltim, kita butuh kamu beneran hadir di level petani gurem), dan lindungi harga beli gabah mereka.

Negara harus berhenti jadi penonton yang cuma muncul saat panen raya. Harus mulai jadi pemain utama yang hadir saat gagal panen, saat serangan hama, saat harga anjlok.


Karena petani itu bukan cuma “aset nasional” di slide presentasi, mereka adalah pondasi.


Harapan Tumbuh dari Retakan Tanah

Tapi jangan dikira semua buram. Di banyak tempat, muncul komunitas petani muda. Mereka bertani sambil bikin konten edukatif. Mereka belajar jualan langsung ke konsumen, melewati tengkulak.

Mereka pakai teknologi, drone, dan media sosial buat bangkit. Mungkin ini pertanda baik: cangkul boleh tua, tapi harapan bisa tetap muda.

Baca Juga: Bertani Itu Keren: Revitalisasi Pertanian untuk Masa Depan Pangan Indonesia!

Namun, perjuangan ini nggak bisa ditopang sendirian. Negara harus hadir, masyarakat harus peduli, dan yang paling penting kita harus belajar menghargai makanan yang kita makan. Nasi di piring bukan sekadar karbohidrat, tapi cerita panjang dari lumpur hingga meja makan.
 

Menanam Harapan, Menuai Kedaulatan

Pertanian itu bukan soal tanah dan benih saja. Ia soal harga diri. Soal masa depan. Selama petani masih menanam, selama masih ada yang memanggul cangkul di pagi hari, harapan belum mati.

Kedaulatan pangan bukan mimpi yang terlalu tinggi. Ia bisa diwujudkan, asal kita nggak terus-terusan nyari solusi dari kapal kontainer negara lain. Kita punya lahan. Kita punya petani. Kita punya Pupuk Kaltim. Kita punya masa depan yang bisa dibangun dengan keringat sendiri.

Tinggal satu pertanyaan: kita mau bantu mereka menanam, atau mau terus makan dari hasil negeri orang?

#BisnisMudaWritingCompetition2025 #writingcompetition2025 #BisnisMudaxPupukKaltim