5 Tips Mengelola Keuangan Jelang Tahun Ajaran Baru bareng Pasangan 

5 Tips Mengelola Keuangan Jelang Tahun Ajaran Baru bareng Pasangan. Sumber Gambar : Adobe Express

5 Tips Mengelola Keuangan Jelang Tahun Ajaran Baru bareng Pasangan. Sumber Gambar : Adobe Express

Be-emers. jelang tahun ajaran baru nih, siapa yang sudah jadi orang tua dan siapa yang justru masih jadi pelajar? 
 
Bagi orang tua, semangat, jangan stress. Berikut ada 5 tips mengelola keuangan jelang tahun ajaran baru bareng pasangan.
 
Dan yang masih jadi pelajar, duh, selamat ya! Kok ‘duh’? Iya soalnya mungkin belum memikirkan kebutuhan, tapi di saat yang bersamaan, jangan ya dek ya!

Yuk literasi keuangan sejak dini, jangan sampai telat dan menyesal. Pun sekaligus bantu orang tua.
 

5 Tips Mengelola Keuangan Jelang Tahun Ajaran Baru bareng Pasangan 

Berikut adalah 5 tips mengelola keuangan jelang tahun ajaran baru bersama pasangan: 
 

1. Tentukan angka dan lakukan kesepakatan dengan pasangan

Be-emers menyisihkan uang untuk berbagai macam kebutuhan, termasuk kebutuhan jelang tahun ajaran baru, itu bukan perkara mudah. Apalagi kondisi serba sulit seperti ini.
 
Sudah punya anak, berarti sudah punya pasangan kan ya? Apalagi bagi yang sudah punya pasangan, tarik ulur kepentingan pasti ada. Ibu memprioritaskan ini, ayah memprioritaskan itu. 
 
Kalau tidak hati-hati, demi memenuhi kedua prioritas orang tua, yang tidak lain sebenarnya juga ego, bisa jadi uang yang jadi habis.
 
Untuk mengatasi hal ini, Ibu Ita Rulina Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, dalam acara “Dompet bisa Sama, tapi Otaknya Beda – Gimana Pria & Wanita Kelola Uang?” di akun YouTube The Sungkars, menyatakan bahwa harus ada kesepakatan antara pasangan.
 
Ibu Ita menyarankan, daripada pakai prosentase sulit mengontrolnya, pakailah angka yang pasti. Misalnya sepakati untuk menyisihkan uang Rp1.000.000,- perbulan. 
 

2. Pahami pasangan dan saling kontrol

Nah, sampai poin satu saja Be-emers, kadang ada salah satu pasangan yang tidak disiplin. Entah emaknya yang terlena belanja sehingga hanya menyimpan uang Rp900.000,- bulan itu. Atau bapaknya yang minta belanja gadget atau barang lain di luar anggaran.
 
Nah, untuk mengatasi hal ini, dr. Aisah Dahlan, CHt, CM.NLP, Praktisi Neuroparenting, menyarankan agar kita memahami karakter pasangan masing-masing dan saling kontrol.

Menurut dr. Aisah Dahlan, laki-laki itu otak tengahnya 2,5 kali lebih lebar dari otak perempuan. Otak ini berfungsi untuk menjaga keamanan, termasuk keamanan finansial. Nah, agar finansialnya aman, seorang suami biasanya akan mengatur keuangan istrinya. Entah itu uang suami yang telah diberikan kepada istrinya, atau bahkan uang pribadi istri hasil kerja dirinya-sendiri.
 
Jadi sebagai istri, kalau ditegur suami mengenai keuangan, jangan baper, jangan negatif thinking. Tapi kata dr. Aisah Dahlan, bersyukurlah. Karena berarti suami Ibu itu lelaki banget, dan normal, karena menjaga keamanan finansial keluarga.
 
Tetapi, sama dengan istri, kalau suami lupa, dan ingin belanja macam-macam, dr. Aisah Dahlan juga menyarankan agar sang istri juga tidak segan mengingatkan dan mendoakan suami agar kembali ke ‘jalan yang benar’. 
 
Tentu mengingatkannya dengan adab-adab tertentu ya, Be-emers.
 

3. Pangkas pengeluaran yang tidak perlu

Nah, menurut Prita Hapsari Ghozie, SE, MCom, GCertFP dikutip dari akun YouTube Zapfinance TV, yang berjudul “Tips dari Prita Ghozie - Cara Ngumpulin Dana Pendidikan Anak”, menyatakan bahwa hidup di bawah pendapatan adalah hal yang sangat-sangat penting. Jadi, pangkaslah semua pengeluaran yang tidak perlu, termasuk pengeluaran menjelang tahun ajaran baru.
 
Sebaliknya, berhematlah agar punya tabungan, dana darurat, dan termasuk di dalamnya punya dana untuk tahun ajaran baru lagi di tahun depan.
 

4. Ajarkan anak untuk memilih prioritas 

Be-emers, meski masih anak-anak, anak tetap bisa diberi literasi keuangan kok.
 
Ini juga disampaikan oleh penulis buku dan aktor Raditya Dika, karyawan yang berhasil pensiun dini di umur 33 tahun Samuel Ray, dan Ibu Ita Rulina sendiri di poin satu, bahwa anak bisa diberi literasi keuangan sejak dini.
 
Minimal, ajarkan anak untuk memilih prioritas. Misalnya jika di tahun ajaran baru anak minta dua barang sekaligus, tas dan sepatu, minta mereka untuk memilih salah satu dulu. Mana yang paling dibutuhkan.