
Pentingnya menjadi petani modern dan inovatif (Foto Freepik.com)
Likes
“Saya mau menjadi petani Pak.”
Pernyataan itu muncul dari seorang siswa ketika saya melemparkan sebuah pertanyaan tentang cita-cita mereka.
Awalnya saya setengah yakin. Saya mengira siswa tersebut sedang bercanda.
Pasalnya, dia bukan berasal dari keluarga petani serta tinggal di perumahan yang dikelilingi kawasan industri.
Satu hal lagi yang tak kalah penting, bahwa siswa tersebut berasal dari Generasi Z (Gen Z) yang notabene jarang mendengar kalau cita-cita mereka ingin menjadi petani.
Bandingkan dengan data yang pernah dirilis goodstats.id yang dikutip dari hasil survei Jakpat. Bahwa hanya ada 6 orang dari 100 orang Gen Z yang tertarik bekerja di bidang pertanian.
Adapun alasan yang membuat mereka kurang tertarik bekerja di bidang pertanian yakni: tidak ada pengembangan karier, banyak risiko yang harus dihadapi, pendapatannya kecil, merasa tidak dihargai, serta pekerjaannya tidak menjanjikan.
Kembali melihat kisah siswa saya tadi.
Baca Juga: Manfaat Kerja Sama Internasional Demi Terwujudnya Swasembada Pangan
Dari berbagai fakta yang ada, hampir tidak ada faktor pendukung yang membuat siswa itu bercita-cita menjadi seorang petani.
Tetapi keyakinan itu berubah, ketika tahu salah satu nama yang dinyatakan lulus seleksi PTN melalui jalur UTBK atau SNBT dari sekolah tempat saya mengajar adalah nama siswa tersebut.
Siswa tersebut ternyata benar-benar mengambil jurusan Agronomi dan Hortikultura di Institut Pertanian Bogor.
Sebagai seorang guru, ini menjadi optimisme saya kalau masa depan pertanian di negeri kita masih ada harapan.
Layaknya oase di tengah padang gurun. Ketika kita masih menemukan bahwa ada generasi penerus bangsa yang mau menjadi seorang petani, masa depan pertanian di negeri kita akan tetap berkelanjutan.
Karena itu, kita perlu membuat kesepakatan tentang paradigma tentang petani masa sekarang atau masa depan.
Ketika bicara petani masa sekarang atau petani masa depan, tentu bukan lagi sekadar bicara petani yang melanjutkan tradisi. Tetapi petani yang adaptif dan inovatif.
Bukan lagi sekadar bicara petani subsisten yang hanya memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Tetapi menjadi petani komersial atau petani intensif yang mendapatkan keuntungan maksimal.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.